Hal tersebut, kata dia, menyebabkan stok cabai di pasar menjadi sedikit.
"Memang pemeliharaan dari aspek petani itu kurang, itu yang jelas ya, terlepas dari pupuk yang juga mahal dan sulit mendapatkannya, tapi dengan iklim yang berubah-ubah ini enggak bisa petani nanganinya, itu utamanya," kata Abdul saat dihubungi Kompas.com, Selasa (20/2/2024).
Abdul mengatakan, para petani sebelumnya memprediksi harga cabai akan turun saat bulan Ramadhan lantaran petani cukup masif melakukan penanaman.
Namun, kata dia, perubahan iklim yang tidak bisa dipresiksi membuat petani tak bisa melakukan pemeliharaan.
"Tapi iklim begini, petani tidak bisa menangani, jadi repot sekali," ujarnya.
Lebih lanjut, Abdul memprediksi kenaikan harga cabai masih akan terus terjadi saat bulan Ramadhan. Namun, akan kembali turun di Akhir Maret 2024.
"Karena memang perkiraan kita panennya di pertengahan dan akhir Maret, jadi mudah-mudahan setelah panen, naiknya diperkirakan tidak terlalu tinggi," ucap dia.
Sebelumnya, harga komoditas cabai mulai dari cabai merah besar, cabai merah keriting, cabai rawit hijau, dan cabai rawit merah meroket pada Senin (19/2/2024).
Mengutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategi (PIHPS) Nasional, harga cabai merah besar naik Rp 5.300 menjadi Rp 72.000 per kilogram dibandingkan harga kemarin.
Kemudian harga cabai merah keriting naik Rp 10.200 menjadi Rp 67.850 per kilogram. Kemudian harga cabai rawit hijau juga serupa yang naik menjadi Rp 54.650 per kilogram. Sementara harga cabai rawit merah naik paling drastis Rp 17.500 menjadi Rp 68.950 per kilogram.
https://money.kompas.com/read/2024/02/20/111000826/harga-cabai-naik-asosiasi--akibat-perubahan-iklim