Menurutnya, ada dua opsi yang saat ini menjadi pertimbangan yakni melepas saham ke investor strategis atau ke publik.
"Iya (investor strategis atau ke publik). Apakah nanti ke publik atau ke mana, terserah lah itu," ujar Arya saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, dikutip Kamis (22/2/2024).
Ia menuturkan, pelepasan saham BSI tersebut merupakan salah satu proyek strategis BUMN yang perlu dirampungkan. Arya menargetkan proses divestasi bisa rampung sebelum pergantian pemerintahan baru pada Oktober 2024.
"Mudah-mudahan sebelum Oktober sudah selesai," kata dia.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir pernah menggelar roadshow untuk mencari investor strategis BSI. Salah satunya, mencari investor ke negara-negara Timur seperti Uni Emirate Arab, Qatar dan Saudi Arabia.
Ia mengungkapkan, dalam roadshow trsebut calon investor strategis BSI menginginkan porsi kepemilikan saham sebesar 15-20 persen.
Maka dari itu, kata Erick, para pemegang saham BSI sedang berdiskusi terkait penawaran calon investor strategis.
Ia bilang, ingin BSI bisa mendapatkan investor dengan prospek yang sangat baik, sehingga bisa mendorong pengembangan bank syariah berpelat merah tersebut.
Selain itu, masuknya investor yang tepat akan sekaligus menjadi angin segar bagi investor BSI saat ini.
"Kalau jadi, bagus mereka yang sempat investasi. Dulu ragu-ragu loh. Nah karena itu, kami juga mendorong agar persaingan di industri bank syariah bisa lebih sehat," kata Erick.
Adapun saat ini komposisi kepemilikan saham BSI mencakup Bank Mandiri sebesar 51,47 persen yang merupakan pemegang saham pengendali, lalu BNI sebesar 23,24 persen, BRI sebesar 15,38 persen, serta masyarakat sebesar 9,87 persen.
https://money.kompas.com/read/2024/02/22/182344526/soal-pengganti-bni-bri-di-bsi-pemerintah-buka-peluang-untuk-publik