Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gratis yang Tidak Cuma Sekadar Makan Siang

MENDENGAR kata “gratis” seperti memiliki daya magis. Siapapun selalu tertarik dan penasaran jika ada penawaran, pemberitahuan dan info yang diiringi dengan “gratis”.

Gratis barangkali lebih dikenal sebagai gimmick dalam marketing karena sesungguhnya tidak sepenuhnya bebas biaya.

Memberikan contoh atau sampel produk gratis kepada calon konsumen agar terdorong mau mencoba produk yang ditawarkan.

Harga produk pun telah disesuaikan dengan biaya promosi karena tawaran gratis itu. Atau memberikan saja produk secara cuma-cuma, namun pada fungsi dasar saja, jika ingin memperoleh fitur lebih, ya harus membayar.

Banyak ragam dalam formula gratis. Membebaskan konsumen dari biaya. Bisa sepenuhnya atau dialihkan ke aspek lain sehingga tidak sepenuhnya gratis.

Pada abad ke-21 tercipta bentuk gratis yang baru. Bukan iming-iming, taktik, atau trik untuk memindahkan uang dari satu kantong ke kantong lain.

Model ini didorong kemampuan baru yang luar biasa untuk menekan biaya barang dan jasa sehingga mendekati nol. Proses produksi sangat efisien. Teknologi digital memungkinkan itu.

Dalam perkembangannya, gara-gara program makan siang gratis yang dipopulerkan paslon nomor dua, ungkapan “tidak ada makan siang gratis” kembali populer.

Selain ekonom pemenang Nobel bidang ekonomi tahun 1976 Milton Friedman yang memopulerkan, istilah ini mengacu pada tradisi dahulu di bar-bar di Amerika Serikat, yaitu menawarkan makanan gratis kepada setiap konsumen yang memesan setidaknya satu minuman.

Mereka menawarkan sandwich bila membeli satu minuman. Harga makanan ini jauh lebih bernilai daripada minuman.

Para pemilik bar meyakini pelanggan akan membeli lebih dari satu minuman. Godaan makan siang gratis akan menarik lebih banyak pengunjung terutama pada jam-jam sepi.

Pada 1872, New York Times melaporkan bahwa makan siang gratis telah muncul sebagai tren umum di Crescent City, New Orleans (Anderson, 2009).

Di sana makan siang gratis dapat ditemukan di setiap restoran. Makanan disediakan berkisar dari mentega, roti, kentang, semur daging kambing, tomat, makaroni, dan daging sapi.

Makan siang gratis ini memberikan makan ribuan orang yang menggantungkan hidupnya pada program ini.

Apakah makan siang ini benar-benar gratis, jawabnya tentu saja tidak. Subsidi silang adalah inti dari frase “tidak ada makan siang gratis”.

Itu artinya dengan satu atau lain cara, makanan itu harus dibayar. Tidak harus secara langsung oleh pihak yang makan, tetapi pihak lain yang membayarkan.

Model bisnis gratis

Selanjutnya karena gratis memberikan dampak kuat, gratis menjadi model bisnis populer dan digunakan banyak perusahaan dunia, terutama di dunia digital.

Model bisnis adalah cara bagaimana organisasi atau perusahaan menciptakan value, menyampaikan value, dan memperoleh keuntungan dari value tersebut.

Value adalah benefit yang diterima oleh pelanggan. Dengan kata lain, bagaimana perusahaan menciptakan produk bernilai dan memiliki benefit bagi pelanggan, menyampaikannya secara tepat dan menghasilkan pemasukan kas bagi perusahaan.

Model bisnis gratis memiliki karakter bahwa satu segmen pelanggan terus-menerus mendapatkan manfaat dari penawaran gratis.

Anderson (2009) mengemukakan tiga pola model bisnis gratis. Pertama adalah penawaran gratis berdasarkan platform berbasis iklan.

Konsumen bebas mengakses layanan dan pebisnis memperoleh pendapatan dari iklan atau bentuk promosi lain yang berbayar. Layanan berita berbasis aplikasi adalah contoh yang biasa diakses.

Kedua, layanan dasar gratis dengan premium opsional, yang biasa disebut freemium. Konsumen diberikan produk dasar secara cuma-cuma dan dikenakan biaya tertentu jika ingin memperoleh layanan lebih. Layanan musik digital, podcast dan video Spotify adalah salah satu contoh populer.

Ketiga, pola “umpan dan kail”, yaitu penawaran awal yang murah atau gratis untuk memancing pelanggan mengulangi pembelian.

Banyak sekali pebisnis yang menawarkan tawaran gratis menggunakan produk di awal, setelah itu menawarkan layanan berbayar jika ingin terus melanjutkan.

Model bisnis gratis, makan siang gratis, atau variasi gratis lainnya, telah ada sejak lama dan menguntungkan pebisnis, dan tentu saja memberikan manfaat juga bagi konsumen.

Satu hal yang patut diingat adalah tidak ada yang sepenuhnya gratis di dunia ini. Selalu ada konsekuensi atas kebijakan gratis.

Tampaknya ungkapan “tidak ada makan siang gratis”, akan selalu relevan dalam beragam kesempatan, bahkan hingga saat ini. Konsumen perlu menyikapinya dengan cerdas dan bijak.

*Dosen Tetap Program Studi Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara.

https://money.kompas.com/read/2024/03/05/123002126/gratis-yang-tidak-cuma-sekadar-makan-siang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke