Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2011, Swasembada Kedelai

Kompas.com - 22/01/2008, 20:31 WIB

JAKARTA, SELASA - Pada tahun 2011 Indonesia dijamin akan swasembada kedelai. Artinya, 90 persen kebutuhan kedelai akan tercukupi oleh produksi dalam negeri. Sisanya, melalui impor.

"Target terpenuhi 90 persen ini memang di bawah target swasembada beras dan jagung yang besarnya 95 persen. Kenapa? Karena kedelai ini secara alami produktifitasnya lebih rendah di negara tropis seperti Indonesia," kata Menteri Pertanian Anton Apriantono di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (22/1).

Menurut Anton, tidak ada negara tropis yang menjadi produsen kedelai terbesar. Oleh sebab itu, kata dia, wajar jika Indonesia kalah dengan produksi negara-negara sub tropis.

Untuk mencapai swasembada kedelai, pemerintah telah merancang beberapa program, yaitu intensifikasi (peningkatan produktifitas, penggunaan pupuk, pembimbingan, pemberian modal, bantuan alat-alat pertanian, dll), ekstensifikasi (perluasan area tanam) serta jaminan pascapanen.

Selain itu, telah dipersiapkan pula 1,2 juta hektar lahan yang siap ditanami kedelai dan varietas kedelai bibit unggul yaitu Anjasmoro.

"Anjasmoro ini, produktifitasnya bisa 2,3 ton per hektar. Memang, masih kalah dengan Amerika yang produksinya mencapai 3 sampai 4 ton per hektar. Tapi jelas saja petani kita tidak bisa bersaing dengan petani Amerika. Mereka, produksi dan ekspornya saja disubsidi," katanya.

Mengenai turunnya produksi kedelai saat ini, dikatakan Anton, lebih disebabkan menurunnya minat petani untuk menanam. Ia mencontohkan, dengan tingkat harga Rp 3.000 per kg, maka dengan estimasi panen dua ton, penghasilan yang didapat Rp 6 juta rupiah.

"Penghasilan 6 juta, biaya produksi 4-5 juta. Bandingkan dengan jagung. Harganya Rp 2.000, produksinya minimal 6 ton, jadi penghasilannya 12 juta. Biaya produksinya kurang lebih sama, ya pada milih nanam jagung. Iya tho?," ujar Anton lagi.

Tak hanya kedelai, tahun 2009 pemerintah menargetkan swasembada gula konsumsi, dan 2014 swasembada daging sapi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com