Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waduh, Merpati Hambat Pendanaan Listrik 10.000 MW

Kompas.com - 23/02/2009, 16:57 WIB

JAKARTA, SENIN — Belum juga kebutuhan pendanaan untuk proyek pembangkit listrik 10.000 megawatt (MW) terpenuhi semua, PT PLN (Persero) harus dihadapkan kemungkinan batalnya pinjaman dari perbankan dan lembaga keuangan asal China.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro secara tegas mengungkapkan, pendanaan proyek pembangkit 10.000 MW dari China tersendat karena masalah pembelian pesawat asal negara tersebut oleh PT Merpati Nusantara Airlines (MNA).

"Pinjaman dari China memang bermasalah, ada pesanan 15 pesawat dari China oleh Merpati. Sebagian sudah dibuat dan sudah dikirimkan, tetapi kontrak diubah. Ini kemudian menjadi masalah politis di sana. Akhirnya, pendanaan tidak diberikan," kata Purnomo dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR, Senin (23/2).

Pihak China, menurut Purnomo, meminta Pemerintah Indonesia mendesak Merpati untuk menyelesaikan kontrak pembelian pesawat itu supaya pinjaman bisa dicairkan. "Ini ada sandera-menyandera dan ada kemungkinan di bawah arbitrase. Mereka bilang, setelah urusan Merpati kita selesaikan, maka pinjaman baru dicairkan," tambahnya.

Menurut Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM Jacobus Purwono, pihaknya tidak terkait langsung dengan kemungkinan dibatalkannya pinjaman oleh China tersebut. Purwono menyebut penyelesaian atas masalah itu ada di tangan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati.

Ditambahkan Purnomo, "Tim dari Indonesia akan segera berangkat ke China sekalian melakukan negosiasi Tangguh di bawah Menko Perekonomian serta membahas 10.000 MW dengan masalah Merpati tadi," jelasnya.

Sekadar tambahan informasi, Merpati berencana membeli 15 pesawat dari Xian Aircraft Industry Co Ltd (XAC). Namun, kontrak kemungkinan dibatalkan karena diduga terjadi penggelembungan harga dan ketidakjelasan spesifikasi pesawat yang dipesan. Harga pesawat yang ditawarkan kepada Merpati adalah 15 juta dollar AS per unit dan harga kontrak tersebut lebih mahal dari harga normal pesawat sejenis di pasaran sekitar 11 juta dollar AS.

Kontrak pengadaan sendiri diteken pada 7 Juni 2006. Dua dari 15 pesawat pesanan telah dikirim dan sampai ke Jakarta pada 6 September 2006. Namun, sampai sekarang, Merpati belum mengambil sisa 13 pesawat pesanan itu. (Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com