Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Janji Selesaikan Pembelian Pesawat China

Kompas.com - 27/02/2009, 21:31 WIB

JAKARTA, JUMAT — Pemerintah berjanji akan segera menyelesaikan kasus pembelian 15 pesawat jenis MA 60 oleh PT Merpati Nusantara dengan produsen pesawat asal China, yaitu Xian Aircraft Industry Company Ltd.

Pasalnya, jika masalah tersebut tidak segera diselesaikan pemerintah, pendanaan dari perbankan China bagi penyelesaian pembangunan proyek listrik 10.000 MW bisa terganggu. PT Perusahaan Listrik Negara berharap masalah tersebut dapat diselesaikan segera oleh Merpati.

Demikian disampaikan Direktur Utama PT PLN Fahmi Moechtar dan Dirut PT Merpati Nusantara Bambang Bhakti, saat dikonfirmasi pers, seusai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (27/2) petang. Dalam rapat itu, hadir Menneg BUMN Sofyan Djalil dan Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal.

"Sekarang, tampaknya memang ada wilayah-wilayah yang belum diperoleh kesepakatan bersama. Karena itu, tataran penyelesaiannya kembali ke G to G. Di sinilah, dalam diskusi dengan Wapres, dikatakan dalam waktu singkat akan ada keputusan yang akan diambil pemerintah," tandas Bambang.

Bambang mengakui, dari 15 unit pesawat yang dipesan, kemampuan Merpati menurut PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang tengah merekstrukturisasi Merpati, hanya merekomendasi delapan unit. "Yang tujuh, kami siap menerima karena sebenarnya pasar di daerah membutuhkan 15 unit pesawat. Namun, bagaimana pendanaannya, kami menunggu keputusan pemerintah," ujar Bambang.

"Kalau Merpati dan Xian bisa saja opsi bussines to bussiness. Merpati akan menyelesaikannya. Namun, Merpati ibarat baru saja keluar dari Unit Gawat Darurat (UGD). Tetapi, sekarang Merpati sudah mulai untung dan menuju sehat. Kalau kami masih dibebani dengan utang baru sejumlah kurang lebih 230 juta dollar AS, ya nanti pengembalianya bagaimana?" keluh Bambang.

Saat ditanya lalu bagaimana opsi yang akan diputuskan pemerintah, Bambang tidak mau menyebutkan. "Kami sudah memberikan opsi-opsi dan lainnya. Saya tidak mau mendahului pemerintah. Dalam waktu singkat, akan diambil keputusan. Mudah-mudahan, keputusan itu win-win solution, baik bagi Merpati dan Xian sendiri, maupun antarnegara," ujar Bambang.

Dikonfirmasi kemungkinan penyertaan modal pemerintah (PMP) untuk tujuh unit pesawat Merpati lagi yang terlanjur dipesan ke China, Bambang membantah. Demikian juga opsi penerbitan surat jaminan pemerintah bagi perbankan yang meminjamkan dananya kepada Meprati.

Saat ini, Merpati mendapatkan gugatan dari produsen pesawat asal China yaitu Xian Aircraft Industry Company Ltd sebagai pabrikan pesawat yang mendapat pesanan 15 unit pesawat. Dari 15 unit pesawat jenis MA 60 yang dipesan Merpati, di antaranya sudah dua unit yang telah didatangkan ke Indonesia, sementara 13 unit lainnya masih tertunda.

Adapun Fahmi sendiri agak sedikit mengelak kalau pendanaan bagi proyek listrik terhambat akibat pembelian pesawat oleh Merpati. "Kami memang masih ada masalah dengan pendanaan dengan China. Merpati juga ada masalah dengan China. Namun, masalahnya harus diselesaikan dua-duanya bersama," ujarnya.

Tentang tim negosiasi pendanaan PLN yang baru kembali dari China, Fahmi mengakui, hasilnya cukup menggembirakan. Tim Negosiasi PLN sudah kembali dari China untuk menegosiasikan pendanaan yang dijanjikan China. "Hasilnya menggembirakan dan malah sebagian dari kebutuhan kita telah dikucurkan," kata Fahmi seraya menambahkan pelaksanaan proyek masih terjadwal benar.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com