Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Jajaki Badak

Kompas.com - 11/03/2009, 07:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pertamina sedang dalam pembicaraan untuk membeli gas elpiji dari PT LNG Badak. Kilang Bontang, yang dioperasikan oleh PT Badak, mengalami kelebihan produksi karena sejumlah pembeli luar meminta pengurangan pasokan elpiji.

”Kami sedang jajaki untuk mengambil 5-6 kargo gas dari Bontang, kalau dapat ada tambahan gas elpiji sebanyak 200.000 ton mulai Mei sampai akhir tahun ini,” tutur Deputi Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya, Selasa (10/3) di sela-sela peninjauan stasiun pengisian elpiji di Tanjung Priok, Jakarta.

Program konversi

Kebutuhan elpiji domestik meningkat sejak program konversi minyak tanah ke gas elpiji digelar. Sebelum program konversi, konsumsi elpiji nasional rata-rata hanya sekitar 1 juta ton per tahun. Tahun ini, konsumsi diperkirakan menjadi empat kali lipat. Kebutuhan elpiji khusus untuk konversi tahun ini diperkirakan mencapai 3,2 juta ton. Sekitar 2 juta ton dipenuhi dari dalam negeri yang berasal dari produksi kilang milik Pertamina dan kontraktor migas.

Pertamina sudah meneken kontrak impor elpiji sebanyak 800.000 ton, dipasok dari impor melalui Petredec. Sisa kekurangan gas sebanyak 1,4 juta ton ini yang sedang diusahakan untuk dipenuhi.

Hanung mengatakan, pasokan elpiji dari Bontang memanfaatkan kondisi produksi kilang yang berlebih. Untuk memastikan pasokan dalam jangka panjang, Pertamina kembali menggelar lelang impor elpiji. Pemilihan secara terbatas perusahaan pemasok elpiji dijadwalkan digelar semester kedua tahun ini.

Pertamina menargetkan bisa memperoleh tambahan 500.000 ton-1 juta ton elpiji dalam bentuk kontrak jangka panjang.

750.000 ton per tahun

Direktur Utama PT LNG Badak Agus Haryanto mengatakan, kapasitas elpiji dari kilang Bontang mencapai 750.000 ton per tahun.

Produksi LNG dari kilang Bontang tahun ini berlebih sebab sebagian besar konsumen utama di Jepang dan Taiwan mengurangi pengambilan karena turunnya permintaan di negeri mereka, sebagai dampak krisis ekonomi.

Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Achmad Faisal mengatakan, sesuai target APBN tahun 2009, Pertamina harus mendistribusikan paket tabung dan kompor elpiji kepada 23 juta keluarga.

”Sampai Maret ini, kami sudah membagikan 3,4 juta paket. Kalau tabung dan infrastruktur tersedia, target pemerintah bisa tercapai,” kata Faisal.

Pertamina merencanakan konversi elpiji seluruh wilayah Jawa bagian barat sudah selesai Maret, menyusul kemudian Jawa bagian tengah dan timur. Jika rencana itu terpenuhi, seluruh wilayah Jawa sudah menjalani konversi tahun 2010. Adapun konversi elpiji untuk luar Jawa diperkirakan baru bisa selesai pada tahun 2011.

Faisal mengatakan, Pertamina menunggu kebijakan pemerintah terkait status elpiji 12 kilogram. ”Pertamina, sih oke-oke saja selama ada penggantian dari kerugian penjualan elpiji 12 kilogram,” ujarnya.

Menurut Faisal, saat ini Pertamina masih menanggung selisih harga sebesar Rp 2.000 per kilogram. Dengan konsumsi elpiji 12 kilogram yang mencapai 100.000 ton per bulan, potensi kerugian dari penjualan elpiji 12 kilogram mencapai Rp 2,4 triliun.

Tidak memungkinkan

Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kondisi keuangan pemerintah tidak memungkinkan untuk menyubsidi elpiji 12 kilogram. Kebijakan yang bisa diambil adalah memperjelas tata niaga elpiji. ”Keuangan pemerintah sedang pas-pasan, defisit APBN sudah mencapai 2,5 persen,” kata Purnomo.

Dirjen Migas Evita Legowo mengatakan, pihaknya masih mendiskusikan opsi subsidi elpiji kemasan 12 kilogram. (DOT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com