Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Lagi Ada Janji dan Uang Palsu Ya!

Kompas.com - 14/03/2009, 16:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Masa menjelang Pemilu 2009 menimbulkan banyak pertanyaan kritis sekaligus harapan. Di satu sisi, pertanyaan mengenai siapa para pemimpin dan bagaimana kebijakannya nanti sulit diprediksi.

Di sisi lain, harapan bahwa hidup bernegara di seluruh aspek dalam periode ketiga pascareformasi ini begitu mencuat, termasuk oleh Rado (31), penjaja koran yang dapat ditemui di Stasiun Cikini tiap hari Sabtu dan Minggu.

Karena profesinya ini, wawasan mengenai kehidupan politik negara akhir-akhir ini cukup luas, mulai dari proses penandaan contreng hingga blok-blok politik yang muncul belakangan ini. Tingkah laku sejumlah caleg hingga orang-orang yang telah mendeklarasikan diri menjadi bakal calon presiden pun diketahuinya.

Rado pun dapat menilai, para politisi sekarang hanya bisa mengobral janji, sama seperti yang terjadi di Pemilu 2004. Istilah Rado, jualan kecap. Rado mengatakan, janji yang dilontarkan sangat manis, apalagi jika ternyata disertai sisipan uang ketika bersalaman.

"Wah, benar-benar ngobral. Tapi terus ada yang uangnya, eh, taunya palsu. Kayak di koran ini bilang, Mbak," tutur Rado sambil menunjuk salah satu koran yang dijualnya ketika ditemui Kompas.com di Stasiun Cikini.

Namun, dalam kondisi ini, Rado tetap merasa memiliki hak dan tanggung jawab untuk menggunakan hak suaranya dalam pemilu mendatang. Baginya, ini kontribusinya untuk membangun negara. "Ya pasti (memilih). Orang hak individu. Untuk kebaikan negara juga," ujar Rado.

"Tapi saya sadar Mbak, milih enggak milih sama aja. Posisi saya gini-gini terus, enggak berubah. Lihat aja. Pasti jualan koran terus," lanjut pria yang sudah berkeluarga ini sambil tersenyum.

Rado mengungkapkan harapannya kepada pemerintahan baru nanti agar benar-benar bekerja demi menaikkan taraf kesejahteraan rakyat kecil.

Dia tak ingin pengalamannya terulang lagi, pada orang-orang lain juga. Saat itu, ia adalah buruh kontrak di kawasan Ambasador yang bisa di-PHK kapan saja tanpa jaminan hidup layak. Untungnya, dia tak menyerah dan memilih menjadi penjaja koran.

Meski yakin akan janji palsu caleg dan capres, Rado tetap terima uang yang dibagi saat mereka kampanye. Anggap saja rezeki. Demikian ungkapnya.

"Tapi ya Mbak, kalau menurut saya, janji dan uang palsu, jangan lagi daaah..," tandasnya sambil mengibas-ngibaskan kain lap ke arah koran-koran jajaannya. Semoga saja, Mas Rado.... Janji palsu dan uang palsu tidak menjadi 'ikon' kampanye Pemilu 2009 nantinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com