Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yusuf Zainal, Raja Kerupuk dari Indramayu (3)

Kompas.com - 31/03/2009, 12:07 WIB

Pengalaman adalah guru terbaik. Yusuf Zainal Abidin meresapi betul pepatah ini. Sempat kena tipu hingga rugi puluhan juta, ia menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran. Kini, usaha Yusuf terbilang maju. Selain mengirim ke sejumlah kota di Indonesia, kerupuk buatannya juga terbang hingga ke luar negeri. Salah satunya ke Arab Saudi.

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Yusuf Zainal Abidin merasakan betul pepatah lama ini. Sebelum sukses seperti sekarang, is menanggung rugi puluhan juta rupiah karena agennya membawa kabur uang setoran.

Yusuf menganggap semua pengalaman pahit itu sebagai berkah. Justru dari pengalaman itu, ia belajar banyak hal. "Saya justru bisa menghargai apa yang saya dapat berkat pengalaman buruk itu," katanya.

Berkat ketelatenannya mendekati para agen, usaha Yusuf tak sia-sia. Kerupuk Rajawalinya semakin dikenal dan digemari. Saat ini, ia mempunyai 11 agen besar yang siap menebar krupuknya di beberapa daerah. "Kuncinya tahan banting dan jangan gampang putus asa," katanya.

Tahun ini, Yusuf sedang berkonsentrasi menggenjot penjualan di Jakarta. Maklum, di pasar ini, ia baru menguasai 20 persen pasar. Di luar Jakarta, ia sudah masuk pasar Kalimantan Barat sejak 2008. Sekali kirim, ia bisa mengirim 3,5 kuintal krupuk.

Yusuf juga menggarap pasar Sumatera. Sejak Februari lalu, agen penjualnya mampu menjual 7,2 kuintal kerupuk di sana. Pengirimannya tiga minggu sekali. "Agen di Bangka Belitung jugs siap minta kiriman," imbuh suami Umiyati ini.

Pesanan tak hanya datang dari dalam negeri. Baru-baru ini, seorang pengusaha Arab Saudi memintanya mengirimkan kerupuk bawang dan udang. Jumlahnya tak main-main. "Minimal satu kontainer alias 15 ton," katanya.

Saat ini, usaha Yusuf menghadapi dua kendala utama: keterbatasan lahan untuk menjemur kerupuk dan cuaca tak menentu di musim hujan.

Sementara ini memang ada solusi, yakni memakai ketel uap atau proses pengeringan lewat oven. Namun, tetap saja, hasilnya tak sebagus pengeringan dengan cahaya matahari. "Kerupuk tak akan melar bagus," dalihnya.

Terlepas dari masalah itu, Yusuf menakar, tak ada masalah lain yang berarti, termasuk soal pendanaan. Maklum, sejak merek kerupuknya terkenal, Yusuf tak susah mencari sumber pendanaan. "Ada beberapa bank yang justru menawari pinjaman kredit," katanya.

Namun, Yusuf belum mau mengajukan kredit. Dana yang ia peroleh sebagai mitra binaan PT Pertamina masih cukup menopang bisnisnya. (Anastasia Lilin Yuliantina/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com