Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Anak Krakatau Masih Siaga

Kompas.com - 29/07/2009, 18:37 WIB

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau masih terus aktif dengan tingkat keaktifan fluktuatif. Tingkat keaktifan tersebut mengakibatkan Gunung Anak Krakatau masih berstatus siaga dan pelayaran di sekitar gunung berapi tersebut dinilai masih berbahaya.

Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau Andi Suwardi, Rabu (29/7) yang dihubungi di Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Lampung Selatan mengatakan, tingkat keaktifan tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan letusan.

Pada Minggu (26/7), tingkat letusan mencapai 136 kali dengan tremor sebanyak 160 kali. Gempa vulkanik B atau gempa vulkanik dangkal terjadi sebanyak 16 kali disertai 49 kali hembusan.

Pada Senin (27/7), letusan meningkat menjadi 142 kali dengan tremor sebanyak 77 kali, hembusan 32 kali, dan gempa vulkanik B sebanyak satu kali. Pada Selasa (28/7), intensitas letusan turun menjadi sebanyak 89 kali. Tremor mencapai 129 kali dengan hembusa n sebanyak 45 kali dan tujuh kali gempa vulkanik B.

Andi mengatakan, berdasarkan catatan hasil pemantauan alat pemantau keaktifan gunung pada satu pekan terakhir, tingkat keaktifan gunung berapi di perairan Selat Sunda tersebut fluktuatif.

Letusan bisa terjadi antara 50100 kali dalam satu hari. Satu letusan dengan letusan berikutnya terjadi dalam jarak lima hingga sepuluh sampai dua puluh menit sekali. "Itu sebabnya sampai saat ini gunung berapi itu masih berstatus siaga," ujar Andi.

Andi mengatakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sudah pasti memiliki perhitungan sendiri terhadap kondisi gunung berapi yang tengah aktif itu sehingga sampai saat ini status masih siaga.

Subakir, Kepala Seksi I Telukbetung Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung mengatakan, keak tifan gunung berapi yang memuntahkan debu dan batuan panas tersebut sudah menghanguskan bagian vegetasi atau hutan di daratan Gunung Anak Krakatau.

"Sebagian hutan atau vegetasi di bagian depan daratan Gunung Anak Krakatau habis terbakar karena keaktifan tersebut," ujar Subakir.

Andi mengatakan, habisnya vegetasi tersebut terjadi karena pengaruh angin. Angin yang bergerak dari selatan ke timur mendorong material pasir dan batuan panas jatuh ke arah bagian vegetasi pulau.

Dengan keaktifan yang fluktuatif tersebut, Pos Pemantau Gunung Anak Karkatau tetap menghimbau nelayan untuk tidak melaut di sekitar gunung berapi tersebut. Para nelayan tetap diminta berhati-hati saat melaut.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com