Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Incar Orang Kaya Indonesia

Kompas.com - 26/09/2009, 07:37 WIB

KOMPAS.com — Bagi sebagian orang Indonesia yang berkantong tebal, Singapura bukan cuma surga belanja kebutuhan sandang, seperti baju, sepatu, dan tas, melainkan juga nirwana untuk memborong papan alias tempat tinggal.

Tak sedikit dari warga negara kita yang membeli hunian seperti apartemen di Negeri Merlion tersebut. Lihat saja data penjualan proyek apartemen milik Far East Organization. Dari sekitar 7.300 transaksi, orang kaya asal Indonesia menjadi salah satu pembeli terbanyak hunian jangkung di Singapura. “Pembeli dari Indonesia merupakan pembeli terbanyak kedua kami setelah pembeli Singapura,” kata Asisten Manajer Pemasaran Far East, Maikel Tanuwidjaja.

Ada dua apartemen yang sedang dibangun Far East. Pertama, Apartemen Silver Sea yang berdiri di atas lahan seluas 2,2 hektar dan memiliki empat menara setinggi 21 lantai. Lokasinya di kawasan pantai East Coast, sekitar 10 menit dari Bandara Changi.

Kedua, Cyan Apartment yang dibangun di daerah Bukit Timah dengan luas lahan 1,4 hektar. Tak mau kalah, Frasers Hospitality juga tengah menggarap proyek apartemen baru yang diberi nama Apartments Fusionopolis. Ada dua tipe yang mereka tawarkan, yakni Fraser Suites yang menghadap River Valley, dan Fraser Place yang memiliki pemandangan kawasan Robertson Quay. “Sasaran kami adalah para eksekutif,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Frasers Hospitality Choe Peng Sum.

Bangga Nirwanjaya, pengamat properti, bilang, pengembang hunian di Singapura memang sedang gencar-gencarnya memasarkan apartemen. Maklum, banyak perusahaan ternama dunia yang membuka cabang atau kantor perwakilan di Singapura. Untuk pemasaran, imbuh Bangga, pengembang Singapura mengandalkan pembeli dari luar negeri, terutama Indonesia.

Pengamat properti dari Jones Lang LaSalle Indonesia, Anton Sitorus, menambahkan, Singapura memang tetap menjadi pilihan banyak warga asing, tak terkecuali Indonesia. “Pada dasarnya, orang kita punya duit. Ya belanja apa saja ke sana. Belanja baju ke sana, termasuk properti, sudah dianggap wisata saja,” ujar Anton.

Menurut Maikel, hingga Agustus 2009, pembeli apartemen dari Indonesia mencapai 22 persen dari total jumlah pembeli apartemen di Singapura. Sekitar 60 persen di antaranya membeli apartemen untuk hunian, sedangkan sisanya buat investasi.

Sekarang, ungkap Maikel, pengembang properti masih memilih kawasan Orchard Road untuk membangun proyek apartemennya. Namun ke depan, seiring kian sesaknya daerah tersebut, pembangunan apartemen akan beralih ke kawasan pantai. “Sudah banyak pengembang yang mulai menawarkan wilayah pantai Singapura,” kata Maikel.

Maikel dan Bangga menilai, pembangunan apartemen di Singapura hingga penghujung tahun ini akan terus menggeliat. Pembangunan proyek yang sempat tertunda akibat krisis global akan kembali bergulir seiring membaiknya ekonomi dunia. Jadi, “Tidak ada penjadwalan ulang lagi untuk pembangunan apartemen,” ujar Maikel.

Ketua Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria mengungkapkan, ketika badai krisis global menghajar, harga properti di Singapura sempat turun hingga 40 persen. Harga jual properti di negara itu dari 2 juta sampai 6 juta dollar Singapura per unit. Namun, penurunan harga tersebut hanya sebentar. Soalnya, “Nilai investasinya bakal melejit kembali karena permintaannya cukup tinggi,” kata Teguh. (KONTAN/Ali Imron Hamid/Epung Saepudin/Yohan Rubiyantoro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com