Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/10/2009, 19:53 WIB

KOMPAS.com - Pricing memiliki kekuatan super. Orang bisa beli karena pricing. Dari yang tadinya tidak mau beli, tapi malah jadi beli karena ’panas’ melihat harganya yang menggiurkan. Orang bisa pula tidak jadi beli karena setelah liat harganya yang tidak pas. Tapi ada juga orang yang membeli karena harganya meskipun kemahalan ya nggak apa-apa, karena membantu meningkatkan statusnya di mata temannya.

Pricing adalah masalah antar fungsi di dalam internal perusahaan. Untuk orang keuangan di perusahaan, pricing menjadi perhatian karena keterkaitannya untuk costing. Buat orang marketing, pricing menjadi perhatian orang marketing karena keterkaitannya dengan praktek promosi pemasaran di lapangan. Buat orang sales, pricing tentunya menjadi perhatian tersendiri karena harga menentukan penjualan.

Kalau pricing itu tidak dianggap penting oleh semua orang di perusahaan, pastinya jadi repot. Peranan pricing sangat besar seakan-akan ia adalah nyawanya perusahaan. Kalau sampai salah menentukan, impact-nya terhadap omset dan profit akan sangat terasa.

Pricing bukan sekedar ingin mencapai terjualnya volume yang lebih tinggi, dan juga bukan sekedar untuk menghasilkan di jangka pendek, tapi pricing itu sangat penting karena efeknya terhadap profit secara bottom-line. Di dalam Pricing Advantage, Michael Marn mengemukakan hasil risetnya bahwa jika sebuah harga dinaikan satu persen, cateris paribus di saat yang bersamaan fixed cost dan variable cost tetap, maka keuntungan operational (operating profit) produk tersebut bisa naik jadi 11 persen.

Dibanding dengan aspek lain, contohnya jika variable cost yang diturunkan sebesar satu persen, efeknya terhadap operating profit hanya 7,3 persen. Apabila fixed cost yang diturunkan sebesar satu persen, impact-nya terhadap operating profit hanyalah 3,2 persen. Di dalam skenario lain, apabila volume yang diperbanyak sebesar satu persen, Michael Marn mengatakan bahwa efeknya tidak sebesar jika anda menaikan harga, karena volume naik satu persen kira-kira sama dengan peningkatan profit sebesar 3,7 persen.

Turun harga boleh-boleh saja, asal terjamin elastisitasnya tinggi, gross margin-nya bisa tinggi, dan juga tentunya tidak merusak brand image. Kalau tahu betul bagaimana menggunakan pricing yang tepat, maka pemasar kemungkinan besar akan mendatangkan value kepada perusahaan. Sebaliknya, jika tidak tahu bagaimana menggunakan pricing yang benar, maka yang terjadi adalah bencana.

Di dalam era legacy, penentuan harga bisa didasari oleh empat hal. Pertama, harga yang ditentukan atas pertimbangan gejolak pasar (market-based pricing) adalah sangat konvensional. Di sini pemasar hanya menjadi price-taker ketimbang price-maker. Penentuan harga didasari oleh hukum penawaran dan permintaan yang ada di pasar. Kalau permintaan meningkat sementara penawarannya tetap atau malah menurun, sudah tentu harganya akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kalau pasokan barang berlimpah di pasar sementara permintaan dari pelanggan tetap, harganya akan turun pula. Jika terjebak di dalam pricing seperti ini, maka pemasar juga terjerumus dalam permainan industri. Padahal tugas seorang pemasar adalah bagaimana menciptakan permainan baru di industri. Dan pemasar yang handal adalah pemasar yang bisa lepas dari hukum supply dan demand.

Kedua, adalah melalui cost-based pricing. Formulanya sudah terkenal yaitu ongkos ditambah keuntungan untuk mark-up sama dengan pricing. Dalam bahasan gampangnya, kita harus tahu biaya berapa dan minta profit berapa, baru ditentukan harganya berapa.

Ketiga adalah melalui competitor-based pricing. Di sini perusahaan sudah punya data harga produk serupa dari pesaing yang ada di pasar. Tinggal kemudian perusahaan menetapkan apakah akan memasang harga di atas, di bawah atau pada tingkat harga rata-rata produk serupa yang sudah ada di pasar.

Keempat adalah melalui value-based pricing. Di sini perusahaan menetapkan harga berdasarkan nilai (value) produk tersebut di mata pelanggan, Ini dilakukan jika produk tersebut merupakan produk inovatif yang memiliki competitive advantage dibanding produk lainnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com