JAKARTA, KOMPAS.com —
Hal itu disampaikan Widodo Budi Nugroho, Manajer Bagian Distribusi PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.
Kebutuhan daya listrik di Jakarta dan sekitarnya makin tinggi, sementara pasokan dari PLN Disjaya Tangerang belum normal pascaledakan trafo di Cawang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Menurut Widodo Budi Nugroho pada Minggu malam, wilayah yang akan mengalami pemadaman pada Senin pukul 09.00-12.00 dan pukul 12.00-17.00 adalah sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan sebagian kecil Jakarta Pusat. Untuk lebih jelasnya, pelanggan dapat mengeceknya di website PLN Disjaya Tangerang. Selain itu, pihak PLN juga akan mengumumkannya lewat radio.
Kekurangan pasokan pada Senin pagi diperkirakan mencapai sekitar 50 megawatt (MW), sedangkan pada siang hingga sore diperkirakan 150 MW. Kondisi tersebut merupakan akibat dari tingginya permintaan daya listrik dari rumah tangga dan industri di Jakarta dan sekitarnya.
Wilayah Jakarta dan Tangerang beberapa kali terkena pemadaman bergilir PLN. Terakhir, Sabtu, pelanggan di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Tangerang mengalami pemadaman. Sebagian warga marah besar karena pemadaman berlangsung lebih dari empat jam.
Sampai dengan menjelang tengah malam, warga mengeluhkan kondisi mereka ke stasiun radio yang menyiarkan secara langsung.
”Kalau pemadaman kemarin, memang di luar perkiraan kami. Pihak kami juga sedih dengan kerusakan yang terjadi akhir-akhir ini,” tutur Widodo.
Penyebab utama kerusakan, menurut juru bicara PT PLN Disjaya Tangerang itu, pada intinya adalah karena ada kelebihan beban pada interbase transformer (IBT) atau pintu masuk penampung pasokan listrik sebesar 500 kilovolt dari Jawa-Bali ke Jakarta. IBT itu terletak di Tanjung Priok dan Muara Karang, Jakarta Utara.
Di luar itu, permintaan pasokan listrik sejak Maret lalu di luar dugaan melonjak tajam.
”Hal itu bisa jadi karena masyarakat makin mampu sehingga kini memasang alat pendingin ruangan dalam jangka waktu cukup lama. Apalagi, harga alat pendingin ruangan kian murah dan kondisi cuaca di Jakarta yang amat panas,” katanya.
Melonjaknya permintaan daya listrik akhir-akhir ini mengakibatkan beban puncak pada siang hari mencapai 5.400 MW, padahal setahun lalu 4.900 MW. Pada aliran listrik Jawa-Bali, beban puncak pada malam hari mencapai 17.000 MW dari semula 16.500 MW.
”Ini yang tidak mampu kami atasi sehingga terjadi kerusakan pada trafo di beberapa gardu,” ujar Widodo.