Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anomali Harga Emas yang Terus-menerus Cetak Rekor Tertinggi

Kompas.com - 22/05/2024, 05:00 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pergerakan harga emas dunia yang terus melonjak dan berkali-kali memecahkan rekor tertinggi selama beberapa bulan terakhir dinilai sebagai suatu "anomali".

Pasalnya, tren kenaikan harga emas terjadi di tengah tingkat suku bunga acuan bank sentral berbagai negara yang masih tinggi.

Chief Economist DBS Bank Taimur Baig menjelaskan, harga emas dan tingkat suku bunga sebenarnya memiliki hubungan terbalik. Apabila tingkat suku bunga bank sentral sedang tinggi maka harga emas rendah, begitu pun sebaliknya.

Dengan tingkat suku bunga acuan yang tinggi, investor akan mendapatkan imbal hasil yang lebih besar dari instrumen berbasiskan dollar AS. Oleh karenanya, ketika suku bunga tinggi, investor biasanya akan beralih dari instrumen tanpa imbal hasil, seperti emas, ke instrumen dengan underlying dollar AS.

"Dengan melihat tingginya tingkat suku bunga saat ini, emas seharusnya diperdagangkan di level yang sangat rendah, mungkin 500 dollar AS, tapi harga emas saat ini diperdagangkan di angka 2.400 dollar AS atau lebih tinggi," tutur Taimur, dalam DBS Asian Insights Conference 2024, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (21/5/2024).

"Ini sangat langka di tengah tingginya tingkat suku bunga AS, instrumen dengan imbal hasil 0 persen bisa bergerak positif," sambungnya.

Baca juga: Harga Emas Dunia Menguat berkat Pelemahan Dollar AS

Lebih lanjut, Taimur bilang, "keunikan" pergerakan harga emas saat ini utamanya disebabkan oleh tingginya volatilitas dinamika global. Pergerakan pasar emas belakangan lebih didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap tensi geopolitik dunia.

"Oleh karenanya, meskipun anda bisa membeli dollar AS dan mendapat imbal hasil 4,5 - 5,5 persen dengan memakirkan uang anda, Anda tetap ingin menempatkan uang Anda di emas," tuturnya.

Menurutnya, ketidakpastian global memicu pelaku pasar, baik dari sektor publik maupun swasta, untuk mendiversifikasikan asetnya ke emas. Ini dilakukan dengan melihat adanya historis pembekuan aset berupa dollar AS yang dilakukan terhadap bank sentral negara yang berada dalam konflik.

"Kita lihat yang terjadi pasca Rusia menginvasi Ukraina, banyak aset bank sentral Rusia dibekukan," ucap Taimur.

Baca juga: Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?


Sebagai informasi, dilansir dari Kontan, harga emas spot sempat kembali menyentuh level tertinggi 2.449,89 pada perdagangan Senin (20/5/2024).

Berbagai analis menyebutkan, tren kenaikan harga emas dipicu oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan ketidakpastian global, mulai dari ekspektasi penurunan suku bunga AS, stimulus China, hingga ketegangan geopolitik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com