Kondisi itu berdampak pada kegiatan ekspor mereka ke Jepang, Hongkong, dan Belanda yang kini tinggal separuhnya. Biasanya Ody mampu memasok ke pasar ekspor 100 ton per bulan, tetapi kini hanya mampu mengirim 50 ton per bulan.
Penurunan aktivitas produksi membuat aktivitas pekerjaan berkurang. Mau tidak mau dia terpaksa merumahkan sementara sekitar 100 karyawannya. Apabila ini terus berlanjut, pemerintah akan kehilangan lapangan pekerjaan dan devisa. Kekosongan pasar ini dengan sendirinya akan diisi oleh para pesaing.
Etty, pengusaha ikan kayu, mengalami hal yang sama. Padahal, selama ini pihaknya hanya memohon kepada PLN agar menyesuaikan jadwal pemadaman dan aktivitas produksinya.
Pemadaman yang tidak kompromi itu membuat volume produksi menurun. Dampaknya dalam dua bulan terakhir ini sudah 50 pekerja yang harus dirumahkan.
Apabila PLN terus mengadakan pemadaman bergilir di wilayah Jakarta, tegas Rainer Tobing, pihaknya akan mendesak penghentian monopoli distribusi listrik oleh PLN kepada pemerintah.
Selain itu, kata Dhaniswara, jika kondisi ini terus berlanjut, pihaknya bisa mengajukan gugatan perwakilan warga (class action). ”Kadin memiliki badan advokasi yang bergerak dalam kondisi seperti ini. Jika pemadaman listrik terus berlanjut, Kadin dapat melakukan class action terhadap PLN,” katanya.
Pada tahap awal, kata Rainer, pihaknya dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengundang PLN untuk membicarakan masalah pemadaman listrik bergilir itu. PLN juga diminta bertindak profesional dalam menjalankan bisnis listrik.