Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Globalisasi yang Telah Di-China-kan

Kompas.com - 04/02/2010, 02:54 WIB

Mereka pun membangun komunitas-komunitas yang tidak terpaku ke masa lampau, melainkan ke masa depan. Mereka yang sudah lama makin melihat kemajuan-kemajuan yang dicapai, dan dengan demikian sedikit demi sedikit timbul rasa bangga akan ke-China-an mereka. Lambat laun muncul nasionalisme di antara mereka. Seorang ahli, Prasenjit Duara, menyebutnya sebagai ”de-territorialized ideology of nationalism”.

Perhatian pemerintah

Sedemikian banyak orang China yang ada di perantauan sehingga Pemerintah China perlu mendirikan sebuah lembaga tersendiri, Kantor Urusan Orang China di Perantauan” (di dalam Dewan Negara), yang bertugas untuk menolong mereka dalam berbagai bidang. Untuk mereka yang mau kembali ke tanah air dan menetap, juga didirikan Federasi Nasional untuk Orang China yang Kembali.

Lembaga yang sama didirikan dalam tubuh Kongres Rakyat Nasional dan Dewan Konsultatif Nasional. Serangkaian undang-undang pun diterbitkan untuk mengakomodasi perkembangan ini. Baik Pemerintah China maupun Partai Komunis China kiranya sadar betul akan pentingnya warga negara mereka yang tersebar di seluruh dunia. Tentu ini dengan harapan bahwa warga negara ini akan tetap ingat akan tanah air mereka dan mau kembali saat dibutuhkan.

Respons dari para China perantauan cukup positif. Banyak saintis yang telah menetap di Amerika Serikat bersedia pulang ketika mereka diberikan beberapa insentif, di antaranya didirikan Science Park.

Begitu pula para pebisnisnya, mereka mau masuk ke Zona Ekonomi Khusus dan kota-kota lain, terutama di pesisir timur, untuk menanamkan modal mereka. Untuk para China perantauan ini pula pemerintah menyediakan paket khusus turisme yang disubsidi dengan tujuan agar mereka mengenal kembali tanah leluhur mereka.

Ketika pesta Tahun Baru Imlek tiba seperti sekarang, dapat dibayangkan bagaimana perayaan itu dirayakan di seluruh dunia. Pecinan-pecinan di London, Paris, San Francisco, New York, Toronto, Buenos Aires, Havana, Nairobi, Tokyo, Sydney, Jakarta, dan kota lain menghentikan kegiatan mereka.

Toko dan pabrik tutup, menghentikan aktivitas. Mereka yang bekerja di perkantoran minta izin cuti. Orang-orang China perantauan itu mungkin akan dituduh ”melumpuhkan” kegiatan bisnis global. Namun, kerugian itu sudah diperhitungkan. Seperti saudara-saudara mereka di Daratan China, mereka hanya ingin serentak merayakan Tahun Baru Imlek yang selalu mempunyai makna mendalam. Inilah China yang terglobalisasi, dan globalisasi yang sudah di-China-kan!

I Wibowo Ketua Centre for Chinese Studies, FIB, UI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com