Pengusaha dan Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie juga menilai Om Willem merupakan orang yang baik, ramah, dan rendah hati. Almarhum yang merupakan salah satu pelopor modernisasi industri otomotif nasional itu merupakan pengusaha sukses yang dapat menjadi contoh bagi pengusaha lainnya. ”Saya terkadang mengamati beliau dari jauh dan menerapkan cara-cara beliau untuk usaha saya,” tutur Ical, sapaan Aburizal.
Ical juga mengaku salut kepada Om Willem yang telah sukses mendidik anak-anaknya menjadi pengusaha besar. ”Kerja kerasnya itu dapat menjadi teladan bagi setiap orang. Dia juga selalu membagi keuntungan dengan berbagai pihak dan kerap menolong sesama,” kata Ical.
Almarhum William Soeryadjaya jatuh bangun membesarkan usaha yang dirintisnya, tetapi karena kuatnya etika bisnis almarhum, usaha yang ditinggalkannya pun tetap dapat melewati gelombang pasang dan surutnya perkembangan bisnis di Tanah Air. Tak melulu sukses, kisah jatuhnya pun cukup tragis karena bisnis yang dirintisnya dari kecil dan meraksasa harus beralih ke pihak lain karena berbagai alasan, seperti krisis moneter dan ekonomi tahun 1998 yang merontokkan konglomerasi bisnis di Indonesia.
Astra International Tbk kini memiliki enam divisi, yakni otomotif; jasa keuangan; alat berat, pertambangan dan energi; teknologi informasi dan solusi dokumen; agribisnis, serta infrastruktur. Enam divisi itu memayungi 153 perusahaan dengan 126.000 karyawan. Dengan harga saham Rp 44.500 per lembar, total kapitalisasi pasar saham Astra mencapai Rp 178 triliun. Astra menjadi perusahaan berkapitalisasi pasar terbesar di antara 400-an perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia. Padahal, ketika krisis moneter dan ekonomi tahun 1998, saham Astra International sempat jatuh seharga Rp 225 per saham.
Saat krisis itulah Om Willem jatuh dan mayoritas sahamnya beralih ke pihak lain. Namun, Astra tidak meminta pemotongan utang, kecuali restrukturisasi dan penjadwalan ulang, sampai semua tanggung jawabnya terbayar. ”Dia jatuh karena tanggung jawab,” kata Jusuf Kalla.
Putra sulung almarhum, Edward Soeryadjaya, mengenang ayahnya sebagai figur yang selalu mendahulukan nama baik dan kehormatan keluarga. ”Jika ada masalah perusahaan ataupun pribadi, ayah jarang menggantungkan diri kepada orang lain,” ungkap Edward.
Seperti tahun 1993, ketika Bank Summa bermasalah sampai ditutup, ”Semuanya diselesaikan tanpa membebani orang lain, bahkan tak ada campur tangan pemerintah,” ujar Edward.
Jenazah Om Willem akan dikremasi, Senin pukul 09.00, di Oasis, tempat kremasi di daerah Bitung, Tangerang. Kepastian itu disampaikan pihak keluarga melalui Public Relation Division Head PT Astra International Tbk Yulian Warman.