Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daripada Copot Dirjen Pajak, Menkeu Pilih Penerimaan Pajak

Kompas.com - 05/04/2010, 21:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku, pascakasus mafia pajak yang melibatkan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Gayus HP Tambunan, pihaknya bukan mengutamakan pergantian Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Mochamad Tjiptardjo, melainkan mengutamakan pengamanan penerimaan negara dari sektor perpajakan.

Sebelumnya, dalam pengantar Sidang Kabinet Paripurna yang dihadiri Wakil Presiden Boediono dan semua menteri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku risau dengan kasus mafia pajak di Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan. Presiden menginstruksikan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri serta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk segera menuntaskan kongkalikong dalam kasus tersebut. Demikian diungkapkan Sri Mulyani menjawab pers seusai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Senin (5/4/2010).

"Yang paling penting sekarang buat saya adalah mengamankan penerimaan keuangan negara dari pajak. Adapun reformasi dari sisi integritas, kinerja, dan munculnya pelanggaran-pelanggaran itu, kita koreksi secara sungguh-sungguh," tandas Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, hingga kini evaluasi masih terus dijalankan, selain juga melaksanakan delapan langkah yang pernah disampaikan. Delapan langkah itu, di antaranya, adalah pembebasan tugas atasan Gayus dan penyerahan daftar harta kekayaan para pejabat pajak serta meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk mengusut transaksi para aparat pajak yang terkait dengan kasus keberatan pajak.

"Saya juga sudah meminta Komisi Pengawas Perpajakan untuk melihat secara keseluruhan dan mengundang pihak-pihak eksternal untuk mengawasi tindakan dan langkah koreksi yang akan kami jalankan," ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, Senin pagi, pihaknya juga telah meminta Inspektorat Jenderal (Irjen) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk memberikan langkah-langkah perbaikan dalam jangka pendek ini.

"Saat ini, pemeriksaan harta kekayaan masih terus dijalankan, juga menyusun peta tingkah laku dan kerawanan pajak dari para aparat pajak serta membangun kembali reputasi dan kredibilitas dari seluruh jajaran pajak. Kami juga telah mengumpulkan pejabat eselon II dan eselon III kantor wilayah pajak, termasuk apara KPP, untuk mengamankan seluruh penerimaan negara dari sektor pajak," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, "Mereka akan terus melakukan evaluasi kritis terhadap potensi apa saja, termasuk potensi penerimaan pajak serta melihat penyelewengan pajak yang terjadi. Langkah-langkah itulah yang kami akan tempuh ke depan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com