Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Bercinta di Atas KA Parahyangan...

Kompas.com - 26/04/2010, 15:06 WIB

KOMPAS.com — Bagi mereka yang pernah melewatkan waktu hidupnya di Bandung dan juga Jakarta pada rentang waktu dari 1971 hingga beberapa tahun terakhir sebelum ada tol Cipularang, keberadaan KA Parahyangan pasti menyimpan kenangan tersendiri.

Kala itu, selain bus kota di Terminal Kebon Kelapa menuju Terminal Cililitan, dan kemudian dipindahkan menjadi Terminal Leuwi Panjang menuju Terminal Kampung Rambutan, KA Parahyangan adalah pilihan utama trayek Jakarta-Bandung (PP).

Dulu, jika ingin melakoni perjalanan nyaman dan cepat, maka KA Parahyangan pasti menjadi pilihan utama, terlebih saat akhir pekan. Antrean calon penumpang selalu mengekor di depan loket. Biasanya pemandangan itu terjadi mulai Jumat sore di Stasiun Gambir, serta Minggu malam dan Senin subuh di Stasiun Kebon Kawung, Bandung.

Maklum, tak bisa dibilang sedikit orang Bandung yang tinggal di Kota Kembang dan mencari nafkah di Jakarta. Memang, ada pula yang sebaliknya, mereka umumnya para mahasiswa yang menghabiskan libur akhir pekan di rumah orangtua, dan kembali ke Bandung untuk kuliah atau sekadar menengok sang pacar.

Nah, Aldy Muchtar (32) tak akan melupakan perjuangannya untuk merebut hati gadis idamannya. Ia rela mengantar gadis itu, Riris (29), dari Bandung ke Jakarta atau sebaliknya. KA Parahyangan jadi saksi cinta mereka. "Enggak sia-sia perjuangan. Sekarang Riris sudah menjadi istri saya, he-he-he," ujar Aldy sambil tertawa. Ia menikahi Riris tahun 2009 setelah berpacaran selama tujuh tahun.

Perjalanan dengan Parahyangan pun menjadi kenangan indah, apalagi, tutur Aldy, bila mengingat pengoperasian kereta api itu akan dihentikan mulai pada 27 April 2010. "Jadi ingat dulu waktu proses pendekatan, masih pada jaim," kata Aldy.

Selama berpacaran, ia harus datang lebih dulu ke stasiun untuk membeli tiket sebelum Riris datang karena sistem pemesanan secara online belum ada. Harus lari-lari ke loket supaya dapat karcis. "Kadang-kadang sampai lemas demi mengejar jodoh," seloroh Aldy.

Ia dan Riris kebetulan berasal dari satu perguruan tinggi, yakni Universitas Padjadjaran, Bandung. "Waktu proses pendekatan, maunya kereta apinya mogok supaya lebih lama bersama dia. Tapi, keretanya kok enggak mogok-mogok," kata Aldy seraya tersenyum.

Dengan kekasih, waktu memang seolah terbang dan cepat berlalu. Pengalaman yang sama pun dialami Anto (35). Perjalanan selama rata-rata hampir 3 jam terasa begitu cepat saat kekasih ada di sisi. "Saya punya pengalaman tak terlupakan di kereta itu," kata Anto.

Anto, yang juga menamatkan kuliahnya di Universitas Padjadjaran, Bandung, kembali ke rumah orangtuanya di Jakarta sesaat setelah ia meraih gelar sarjana. Butuh waktu satu tahun baginya untuk mendapat pekerjaan. Di saat ia menanti panggilan kerja, kekasihnya, Dita, yang tinggal di Bandung, sesekali mengunjunginya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com