Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kongres Panas Bumi 2010 Hasilkan Deklarasi Bali

Kompas.com - 01/05/2010, 04:45 WIB

Nusa Dua, Kompas - Kongres Panas Bumi Dunia di Nusa Dua, Bali, yang berakhir hari Jumat (30/4), menghasilkan Deklarasi Bali. Lebih dari 2.500 peserta kongres dari 85 negara itu sepakat bahwa pemberdayaan geotermal atau energi panas bumi harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, terutama dari sisi lingkungan hidup.

Deklarasi Bali hasil Kongres Panas Bumi Dunia (WGC) 2010 itu berisi empat pokok pikiran yang dijabarkan dalam 24 butir. Penegasan pemberdayaan panas bumi secara bertanggung jawab dari sisi lingkungan hidup adalah poin penjabaran pertama dari pokok pikiran pertama deklarasi, yakni energi merupakan kebutuhan dasar sekaligus keberkelanjutan hidup umat manusia.

Ditegaskan, sumber daya alam harus dilihat bukan semata sebagai warisan dari para leluhur, tetapi harus dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya bagi kelanjutan umat manusia.

Dalam semangat itulah maka pemberdayaan energi panas bumi, yang notabene energi terbarukan, dapat diharapkan menjadi salah satu pilihan sekaligus jalan keluar dari keterbatasan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

Pemberdayaan energi panas bumi ini pun harus diikuti upaya untuk menghindari penambahan sekaligus mengurangi emisi gas karbon dioksida di bumi.

Deklarasi itu ditandatangani 15 perwakilan asosiasi panas bumi di seluruh dunia, disaksikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh. Di antara penandatangan adalah Presiden Asosiasi Geotermal Internasional (IGA) Prof Ladislaus Ribach, Ketua IGA Eropa Miklos Antics, dan Ketua Masyarakat Energi Geotermal China Prof Keyan Zheng. Kongres WGC 2015 akan digelar di Melbourne, Australia, digelar bersama oleh Australia dan Selandia Baru.

Kongres bersejarah

Ribach menyatakan, WGC 2010 sangat strategis dan pantas dikenang sebagai salah satu kongres WGC bersejarah.

Hal itu terutama ditandai tampilnya dua presiden dalam satu panggung, yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Eslandia Olafur Ragnar Grimsson. ”Semua pemimpin di dunia selayaknya meniru dua pemimpin negara itu dari sudut pandang energi yang berkelanjutan,” kata Ribach yang diiringi tepuk tangan peserta kongres.

Sejumlah negara dan kawasan menyatakan komitmennya dalam memberdayakan energi panas bumi. Pertumbuhan penggunaan energi panas bumi untuk menyuplai kebutuhan listrik sebenarnya telah terjadi sejak 40 tahun, antara 3-11 persen per tahun. Sepuluh negara baru dipastikan akan menghasilkan listrik dengan panas bumi itu pada 2015.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com