Singapura, Kompas
Demikian diungkapkan Regional Chief Operating Officer AXA Asia Pacific Keith Perkins saat seminar dan pelatihan asuransi jiwa, Selasa (25/5) di AXA University Singapura.
CEO AXA Indonesia Randy Lianggara sebelumnya menjelaskan, pertumbuhan AXA Indonesia cenderung tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu terjadi salah satunya karena tingkat penetrasi asuransi jiwa individual di Indonesia amat rendah, yakni hanya sekitar 3 persen.
Kondisi ini membuat potensi pasar asuransi jiwa masih sangat besar. Apalagi, tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia terus membaik, tecermin dari pendapatan per kapita yang terus meningkat. Pendapatan per kapita Indonesia tahun 2009 menurut Badan Pusat Statistik sekitar Rp 24,3 juta atau 2.590 dollar AS.
Selain itu, kata Randy, AXA Indonesia juga agresif memasarkan produknya melalui berbagai jalur, seperti keagenan, bancassurance, dan telemarketing. AXA bekerja sama dengan Bank Mandiri mendirikan AXA Mandiri, perusahaan yang menyediakan jasa asuransi jiwa khusus untuk nasabah Bank Mandiri.
AXA, kata Randy, juga mengembangkan produk sesuai dengan kebutuhan masyarakat termasuk produk syariah.
Menurut Perkins, pertumbuhan premi bisnis baru AXA di kawasan Asia Pasifik selama triwulan I 2010 mencapai 57 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2009.
Pertumbuhan premi AXA di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara lain, baik untuk total pendapatan premi maupun premi bisnis baru. Pertumbuhan premi bisnis baru yang relatif tinggi juga tercatat di Malaysia sebesar 177 persen dan Singapura sebesar 109 persen.
Managing Director Insurance and Financial Service Practice Towers Watson Paul Sinnott mengungkapkan, rata-rata pertumbuhan premi industri asuransi jiwa di Indonesia dalam 10 tahun terakhir sekitar 27 persen per tahun.
Manager Brand and Communication AXA Indonesia Wahyu Setia menuturkan, AXA sangat memerhatikan kualitas agen sehingga pendidikan dan pelatihan agen diutamakan. Tujuannya agar pemegang polis bisa terlayani dengan baik.