Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Redenominasi Cuma Wacana

Kompas.com - 04/08/2010, 08:06 WIB

”Redenominasi berbeda dengan sanering atau pemotongan uang. Dalam redenominasi, nilai uang terhadap barang (daya beli) tidak akan berubah. Yang terjadi hanyalah penyederhanaan dalam nilai nominal berupa penghilangan beberapa digit angka nol,” ujar Darmin.

Redenominasi, lanjut Darmin, akan menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa, yang diikuti penyederhanaan penulisan alat pembayaran atau uang. Selanjutnya, hal ini akan menyederhanakan sistem akuntansi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian.

Adapun sanering adalah pemotongan uang dalam kondisi perekonomian yang tidak sehat, yang dipotong nilai uangnya.

Sebagai contoh, harga 1 liter premium saat ini Rp 4.500. Jika terjadi redenominasi 3 digit, dengan uang Rp 4,5 tetap dapat membeli 1 liter premium karena harga 1 liter premium juga dinyatakan dalam satuan pecahan yang baru. Adapun jika yang terjadi sanering per seribu rupiah, dengan Rp 4,5 hanya dapat membeli seperseribu atau 0,001 liter premium.

Tidak tersentuh

Pengamat ekonomi dan pasar modal Ferry Latuhihin mengatakan, tidak ada faktor fundamental perekonomian yang tersentuh dengan adanya redenominasi karena tujuan redenominasi hanya untuk mempermudah transaksi dan sistem pembayaran saja. Ini berbeda dengan sanering, yang merupakan kebijakan moneter dan bertujuan menekan angka inflasi serta mengembalikan kepercayaan pada mata uang tertentu.

Oleh karena itu, lanjut Ferry, masyarakat tidak perlu panik dengan wacana redenominasi. ”Kenapa harus panik? Wong uang seratus ribu yang lama nilainya sama dengan uang seratus perak yang baru,” kata Ferry.

Redenominasi mungkin memberikan dampak psikologis yang kurang baik kepada masyarakat apabila masyarakat salah memersepsikan dan mendefinisikan redenominasi. Oleh karena itu, jika hal itu diterapkan, BI harus menyosialisasikan redenominasi dengan baik dan cermat agar tidak menimbulkan kecemasan.

”BI juga harus bisa menyampaikan kepada masyarakat bahwa redenominasi hanya masalah teknis, bukan kebijakan moneter. Redenominasi tidak ada hubungannya dengan harga saham atau dollar sebab ini bukan kebijakan fundamental,” ujar Ferry.

Menurut pengamat ekonomi Mirza Adityaswara, tidak ada kebutuhan redenominasi rupiah saat ini karena perekonomian baik-baik saja. ”BI lebih baik memikirkan bagaimana menurunkan inflasi yang belakangan ini mulai meningkat dan pemerintah memikirkan bagaimana mempercepat pembangunan infrastruktur,” katanya.

Pelaksanaan redenominasi saat ini, kata Mirza, hampir tidak ada manfaatnya. Malah, hanya menimbulkan efek psikologis yang bisa positif ataupun negatif, tergantung dari taraf pengetahuan masyarakat. (REI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com