Bandar Lampung, Kompas
Kepala Humas Bulog Divre Lampung Edi Hanif, Kamis (23/9), mengatakan, akhir pekan ini rencana tersebut direalisasikan. ”Beras hasil kiriman dari Sulsel ini untuk menambah kekurangan stok beras kami. Kondisi stok saat ini tak cukup aman untuk penyaluran 11.000 ton beras (raskin) per bulan,” kata Edi. Menjelang Lebaran lalu, Bulog Lampung mendatangkan 3.000 ton beras asal Sulsel.
Menurut dia, akibat kondisi cuaca yang tidak menentu, panen di sejumlah daerah masih minim. ”Musim panen gaduh saat ini, stok beras di petani masih sangat minim. Tidak seperti musim panen raya. Kami pun jadi kesulitan membeli beras dari petani,” ungkap Edi.
Menurut dia, harga jual gabah kualitas sedang di pasaran saat ini rata-rata Rp 6.000. ”Sementara HPP (harga pokok pembelian) kami hanya Rp 5.060. Selisih sangat besar, petani lebih pilih jual ke pasar,” ujar Edi.
Posisi Lampung yang berada di daerah perlintasan lalu lintas barang juga ikut menyulitkan upaya penyerapan beras dari Bulog. ”Truk-truk pengangkut komoditas yang melewati Lampung ke Jakarta saat pulangnya mesti mampir mengangkut beras dari tempat panen di Lampung. Hitung-hitung angkutan kosong dan menutup biaya bensin,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Lampung, stok beras di Lampung sebetulnya masih sangat memenuhi kebutuhan lokal. Tahun ini diperkirakan Lampung surplus 700.000 ton beras.
Namun, tahun ini, Bulog Lampung sudah tiga kali mendatangkan beras dari dua provinsi berbeda. Awal 2010, Bulog mendatangkan 10.000 ton beras dari Jawa Tengah. Namun, beras ini kualitasnya buruk dan tidak layak dikonsumsi.
Kebijakan ini sempat menimbulkan polemik dan kecaman dari Pemerintah Provinsi dan DPRD Lampung. Ibnushiyam Mawardi, Kepala Bulog saat itu, kemudian dicopot dari jabatannya dan menjadi tersangka dalam penyidikan oleh Kepolisian Daerah Lampung.
Berkaca dari kasus yang lalu, Edi mengatakan, kualitas beras kiriman kali ini berbeda. ”Kualitasnya jauh lebih bagus dari beras Jateng yang sempat ribut dulu,” ujarnya.
Ketua Komisi II DPRD Lampung Junaidi Auly mengatakan, pada prinsipnya pihaknya menyetujui rencana mendatangkan beras dari luar Lampung asal beras itu dipastikan layak konsumsi bagi masyarakat. ”Jangan seperti beras asal Jateng yang kualitasnya kurang memuaskan,” ujarnya.