Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Beras Jabar Masih Aman

Kompas.com - 27/09/2010, 13:47 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Kendati menghadapi tantangan anomali cuaca yang diperkirakan mengganggu produksi padi, ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat setidaknya hingga awal 2011 terjamin. Stok beras yang dikuasai Perum Bulog Divisi Regional Jabar hingga akhir September mencapai 243.400 ton atau mencukupi kebutuhan penyaluran beras bersubsidi selama enam bulan ke depan.

"Setidaknya kebutuhan pangan masyarakat miskin masih terjamin. Itu juga belum termasuk cadangan beras milik pemerintah untuk mengantisipasi bencana ataupun gagal panen secara massal," kata Kepala Humas Perum Bulog Divre Jabar Sobar Husein, akhir pekan lalu di Bandung.

Prognosis penyerapan beras Bulog Jabar sejak pertengahan tahun hingga akhir tahun ini ditargetkan 550.000 ton. Target tersebut telah ditambah 100.000 ton karena pada awal tahun prognosis serapan Bulog Jabar hanya 450.000 ton. Padahal, pada 2009 realisasi serapan beras Bulog sangat tinggi, yakni 593.900 ton. Minimnya prognosis awal Bulog saat itu becermin pada mundurnya masa tanam yang menyebabkan kemunduran musim panen.

Meski demikian, memasuki triwulan II produksi padi beranjak stabil. Indikasinya, hingga pertengahan Juli total penyerapan beras dari petani telah mencapai 368.000 ton. Untuk itu, Kepala Perum Bulog Divre Jabar Abdul Karim optimistis serapan beras bisa mencapai 550.000 ton.

Terus menyusut

Sobar mengakui, serapan beras memasuki semester II tahun ini terus menyusut. Selama bulan Juli rata-rata serapan beras di daerah penghasil beras terbesar di Indonesia ini 4.000-5.000 ton per hari. Namun, dua bulan terakhir nyaris belum ada realisasi serapan lagi.

Kondisi ini disebabkan harga beras di pasaran sepanjang tahun ini relatif tinggi. Akibatnya, petani lebih memilih menjual beras ke pasar dibandingkan ke Bulog. Dari pantauan ke sentra pertanian di Kabupaten Bandung, harga gabah kering panen (GKP) rata-rata Rp 3.250 per kilogram, jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP) di tingkat penggilingan sebesar Rp 2.685 per kg. Sementara rata-rata harga beras kualitas medium di pasar Rp 6.400 per kg, lebih tinggi dari HPP Rp 5.060 per kg.

Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan Rali Sukari menyatakan, tahun ini masa panen semakin tidak serempak, seperti beberapa tahun lalu. Akibatnya, pasokan beras di masyarakat lebih merata sehingga harga selalu lebih tinggi dibandingkan dengan HPP.

Menurut Rali, anomali cuaca tahun ini bisa mengancam produksi padi Jabar yang tahun ini ditargetkan 11,3 juta ton. "Cuaca yang kian tidak terkendali seperti ini jelas akan memengaruhi produksi. Dari target produksi padi tahun ini, kemungkinan ada penurunan produksi sekitar 3 persen. Jadi, realisasinya bisa jadi hanya 11 juta," ujarnya.

Bulog sendiri berharap sebelum akhir tahun masih ada musim panen sekali lagi sehingga dapat menambah volume serapan. "Kami masih optimistis paling tidak serapan beras hingga akhir tahun bisa mencapai 450.000 ton seperti target pertama kami. Harus dicatat juga, bahwa dibandingkan daerah lain, persentase serapan beras Jabar hingga saat ini masih tertinggi," ungkap Sobar. (GRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com