Manado, Kompas -
Berdasarkan pantauan
Sejumlah petani di Kecamatan Eris dan Kakas sangat terpukul dengan kejadian ini. ”Semestinya akhir November ini kami panen. Mau bayar dengan apa utang di bank,” ujar Alex Mogonta (55), salah seorang petani peternak.
Danau Tondano memiliki luas 5.000 hektar dengan keliling sekitar 44 kilometer. Di sekitar danau hidup ribuan warga dari enam kecamatan dan 16 desa.
Bupati Minahasa Vreeke Runtu dan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa Dolvie Wowiling memperkirakan, sudah sekitar 300 ton ikan air tawar yang mati. Kerugian diperkirakan lebih dari Rp 2 miliar.
Pemerintah, menurut Runtu, saat ini berupaya menengahi persoalan pinjaman petani dengan memberikan rekomendasi kepada bank. Diharapkan, pihak perbankan bersedia mengundurkan waktu pelunasan kredit petani.
Pengamat perikanan Dr Wenda Mingkid dari Universitas Sam Ratulangi memastikan, kematian ikan akibat gas beracun hidrogen sulfida (HS) yang bergerak dari dasar danau ke permukaan. HS adalah zat tak berwarna beracun; gas yang mudah terbakar dan baunya sangat menyengat hidung.
HS hasil dari pemecahan bakteri bahan organik tanpa adanya oksigen, seperti di rawa-rawa dan selokan. Hal ini juga terjadi pada gas vulkanik dan gas alam.