Adapun target pemerintah 5,3 persen, sedangkan target inflasi BI tahun ini 5 plus minus satu persen. Ekonom Mirza Adityaswara kepada Kompas di Jakarta, Minggu (26/12), mengatakan, ”BI tetap perlu terus memonitor inflasi akibat naiknya harga komoditas pangan dan energi dunia pada kuartal I-2011.”
Apabila harga komoditas pangan dan energi dunia terus meningkat ditambah permintaan ekonomi Indonesia menunjukkan gejala overheating, pada kuartal I dan kuartal II, BI Rate perlu naik.
Jika inflasi naik, tetapi BI tidak memberikan sinyal kepada pasar keuangan untuk pengetatan, maka pasar Surat Utang Negara (SUN) akan melemah.
Saat ini suku bunga di negara maju sangat rendah. Sebaliknya, Indonesia menghadapi problem capital inflow dalam bentuk dana jangka pendek yang masuk dengan sangat deras.
Dengan demikian, ada toleransi bahwa BI Rate ditahan pada posisi 6,5 persen, sama dengan tingkat inflasi.
”Namun, apabila suku bunga di negara maju naik, sedangkan impor dan inflasi di Indonesia sudah terlalu tinggi, BI Rate harus naik,” kata Mirza.
Beberapa waktu lalu Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan, tekanan inflasi pada tahun 2011 diperkirakan masih tinggi. Namun, tingkat inflasinya tidak lebih tinggi dibandingkan tahun 2010. Tekanan inflasi tersebut berpengaruh terhadap BI Rate.
Darmin mengatakan, BI menentukan besaran BI Rate berdasarkan prediksi inflasi, persepsi pasar, dan indikator lain. Apabila pengaruh indikator itu tidak besar, BI Rate dinilai tak perlu berubah. BI Rate pada tingkat 6,5 persen sudah berlangsung 17 bulan sejak Agustus 2009.