Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Film Indonesia Capai 100 Judul

Kompas.com - 31/12/2010, 17:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Di tahun 2010, Indonesia menghasilkan 100 film dalam setahun. Angka ini sangat jauh berbeda dibanding tahun 2009 yang hanya berjumlah 78 film.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik menjelaskan hal tersebut di acara dalam jumpa pers akhir tahun 2010 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (30/12/2010).

"Zaman matinya, cuma 4 film dalam 1 tahun. Itu di tahun 2001," kata Jero. Salah satu program yang dijalankan Direktorat Film adalah  Festival Film Indonesia (FFI), yang kemudian dihidupkan kembali di tahun 2004.

"Dulu, pelaksananya pemerintah. Ada usul dari masyarakat film lebih baik oleh orang film, bukan pemerintah. Saya setujui FFI yang jalani orang-orang film," jelasnya. Jero tidak menampik FFI sarat dengan polemik. "Itu dari dulu memang begitu. Piala Citra dibalikin, ya saya terima," sambungnya.

Sedangkan untuk Jiffest, Festival Film Bandung, maupun Balineale, ia menuturkan festival-festival film tersebut bukanlah negara yang menyelenggarakan. Berbeda dengan FFI yang memang milik negara. Karena itu, ia mengatakan untuk festival-festival tersebut memang harus mengandalkan sponsor. "Nanti kalau APBN sudah semakin baik, kita bantulah sedikit," katanya.

Selain itu, Menbudpar juga mengeluarkan dua surat edaran. Pertama, untuk gubernur agar setiap provinsi membuat film kepahlawanan di daerahnya masing-masing. "Diimbau dengan keras. Saya bisanya mengimbau, sampai sekarang belum ada gubernur yang melakukannya," katanya.

Surat edaran lainnya adalah surat edaran kepada walikota mengenai gedung bioskop. Dalam surat edaran tersebut ia menghimbau agar setiap daerah memiliki gedung bioskop. "Kalau film banyak tapi gedung bioskop sedikit, mau diputer di mana itu film?" tanyanya retorik.

Karena itu, kalau ada yang buat mal, ia berharap saat mengeluarkan izin, minta supaya pengelola mal untuk membuat gedung bioskop di dalam mal tersebut.

Ditambahkan Jero, Kemenbudpar ke depan ingin memperbaiki beberapa hal. Salah satunya adalah mengenai pajak impor yang terlalu murah, sementara produksi film di dalam negeri pajaknya terlalu tinggi. Kondisi ini tentu saja bisa mematikan perfilman Indonesia. Menurut Jero, hal tersebut telah mendapatkan perhatian dari Presiden. "Kalau bisa film Indonesia pajaknya dihilangkan saja," ujarnya.

Karena itu, Kemenbudpar akan mengoordinasikan hal tersebut dengan Menteri Keuangan. Jero mengakui film sangat berdampak pada pariwisata. Salah satu contohnya adalah film Eat, Pray, Love yang mengambil lokasi di Bali telah meningkatkan kunjungan wisatawan asing untuk berkunjung ke Bali, terutama ke daerah-daerah yang ada di film tersebut. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com