Banyuwangi, Kompas -
Gula jawa nonsulfit (NS) merupakan produk gula jawa yang pembuatannya tak menggunakan campuran sulfit. Selama ini, menurut Arif Wicaksono, Manajer Perkebunan PTPN XII di Kalisepanjang, gula jawa yang diproduksi warga biasanya dicampur sulfit. Campuran itu tidak hanya membuat gula jawa tidak aman dikonsumsi, tetapi juga tak bisa menembus pabrik.
”Produksi gula sulfit tak banyak memberikan nilai lebih pada penderes. Karena itu, kami ajak penderes membuat gula murni untuk kesehatan dan perbaikan ekonomi,” ujar Arif, Rabu (16/3) dalam diskusi tentang produksi gula NS di Banyuwangi.
Arif mengatakan, untuk memproduksi gula NS, PTPN XII merangkul setidaknya 2.000 penderes. Petani diizinkan menderes pohon kelapa di PTPN XII. Imbalannya, petani menyisihkan 1,5 ons gula per pohon dan sisanya bisa dijual ke pasar.
Hasil penjualan gula NS, menurut para penderes, lebih besar dari hasil penjualan gula dengan campuran sulfit. Perusahaan industri makanan seperti Indofood bahkan bersedia membeli dengan harga tinggi.
”Harga gula biasa hanya Rp 5.100 per kg, sedangkan gula NS Rp 6.200 per kg,” kata Suryanto, penderes dari Purwojoyo, Kecamatan Kalibaru.
Sarjo, penderes dari Glenmore, mengakui, dari segi biaya produksi, gula NS juga lebih murah karena tak perlu membeli sulfit sebagai campuran. Pendapatan Suyanto, penderes, pun naik. Ia bisa mengantongi Rp 2 juta per minggu dengan membuat 30-45 kg gula NS.
Budi Darmadi, Manajer Purchasing PT Indofood, menyatakan bersedia membeli gula NS di atas harga pasaran. (NIT)