Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan Energi Baru Terhambat

Kompas.com - 30/03/2011, 21:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak potensi energi baru dan terbarukan yang belum diolah. Padahal, dengan sumber daya potensial yang ada, Indonesia berpeluang meningkatkan industri energi dalam negeri, bahkan bersaing dengan negara-negara lain di dunia.  

Hal ini disampaikan Ravi Krishnaswamy, Asia Pacific Vice President Energy and Power Systems Practice, Frost and Sullivan, dalam temu media bertema "Prediksi Industri Energi Indonesia 2011", Rabu (30/3/2011) di Jakarta.  

"Memasuki tahun 2011, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan di sektor energi, di mana maksimalisasi energi baru dan terbarukan masih menemui hambatan dari segi harga pengembangan, permintaan pasar, dan insentif yang menarik dari pemerintah," kata Ravi menambahkan.  

Tidak berkembangnya industri di sektor energi baru dan terbarukan ini, lanjut Ravi, disebabkan lemahnya implementasi dan tidak adanya kerangka peraturan dan kebijakan seperti feed in tariff untuk menarik minat sektor swasta dalam industri ini.

"Meski potensinya besar, beberapa tantangan industri seperti kesadaran yang rendah, insentif yang terbatas, dan infrastruktur energi yang masih lemah dapat menghambat penetrasi pasar," ujarnya.  

Ravi menyatakan, Indonesia bisa mengadopsi pengelolaan sumber daya energi yang diterapkan negara-negara lain untuk meningkatkan industri energi seperti pengembangan kebijakan feed in tariff dan standardisasi portofolio energi, mendorong investasi, dan membangun fasilitas manufaktur.

Upaya lain yang bisa dilakukan adalah membangun layanan untuk perlengkapan tenaga energi terbarukan serta mendorong program energi terbarukan melalui insentif fiskal atas sumber daya alam. "Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang yang muncul sebagai tren global, dan dengan penguasaan atas sumber daya melimpah, Indonesia siap untuk menjadi pasar energi terbarukan terkemuka," katanya.  

Indonesia memiliki potensi kapasitas geotermal atau panas bumi hingga 27 gigawatt yang akan terus dikembangkan hingga 2020. Pemerintah Indonesia juga telah menargetkan pemanfaatan energi geotermal dapat memenuhi sedikitnya 5 persen (9.500 MW) kebutuhan listrik Indonesia pada 2025 sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara permintaan dan penawaran daya listrik di Indonesia yang cenderung meningkat.  

Sejauh ini, Indonesia telah memproyeksikan pencapaian kapasitas 810 MW untuk pasar tenaga biomassa pada 2025, yang sebenarnya masih jauh di bawah potensi yang dimiliki. Rencana pemerintah untuk mencapai kapasitas angin 225 MW tahun 2025 dapat didorong oleh energi angin lepas pantai. Untuk pasar tenaga air kapasitas kecil, Indonesia memiliki potensi 500 MW, di mana kapasitas pasar akan mencapai 150 MW pada 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com