Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Industri Tekstil

Kompas.com - 27/04/2011, 11:03 WIB

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung pernah melansir, kondisi baku mutu air Citarum di sekitar areal pabrik tekstil sudah sangat buruk. Setiap hari, sekitar 1.320 liter per detik atau setara dengan 270 ton per hari limbah dibuang dari industri-industri di sepanjang DAS Citarum di kawasan Kabupaten Bandung.

Padahal, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 39 Tahun 2002, limbah hasil industri harus melalui pengolahan agar sesuai dengan baku mutu yang aman bagi lingkungan.

Realita ini tidak ditampik oleh pihak pengusaha. Ade mengakui, dari sekitar 600 industri TPT di DAS Citarum, hanya 10 persen di antaranya saja yang sudah mengoperasikan IPAL sesuai standar.

Kebanyakan yang menyumbang limbah adalah industri subsektor pencelupan (dyeing) yang jumlahnya sekitar 35 persen dari seluruh usaha TPT di kawasan itu. Selain pencelupan, subsektor TPT lain yakni spinning (pintal), weaving (tenun), knitting (perajutan), pengecapan dan garmen.

“Sebenarnya bisa saja dibuat IPAL terpadu yang biayanya mencapai Rp 100 miiar dan bisa diakses 30 industri. Namun, jika tidak dibantu pemerintah, tetap saja pengusaha akan berhitung untung ruginya,” terangnya.

Wacana Relokasi

Saat ini, untuk bertahan di tengah bencana banjir, pihak API secara swadaya telah membuat kirmir hijau dari akar wangi sepanjang 18 kilometer di wilayah Majalaya. Rencananya, pembuatan kirmir akan dilanjutkan sepanjang 15 km lagi ke arah Baleendah.

Kendati belum maksimal, hal ini menurut Sekretaris API Jabar Kevin Hartanto, dapat menekan banjir di Majalaya. Jika lima tahun lalu, banjir di Majalaya setinggi 1,5 meter, sekarang tinggal 20-30 sentimeter.

Akibat terus menerus didera bencana banjir, investasi TPT sekitar Rp 80 triliun di Cekungan Bandung terancam. Ini memunculkan wacana relokasi besar-besaran industri TPT. Dari sekian banyak daerah yang ditawarkan, Kabupaten Majalengka menjadi alternatif utama. Ini sejalan dengan rencana tata ruang Pemprov Jabar yang berencana menjadikan Majalengka sebagai kluster industri.

“Lebih baik relokasi gradual. Awalnya, yang dipindah adalah industri pencelupan tekstil terlebih dulu. Lagipula, industri jenis ini tidak banyak menyerap tenaga kerja. Pada saatnya, ketika sumber daya pendukungnya sudah memenuhi, sebagian industri TPT yang memadati Cekungan Bandung ini pasti setuju untuk pindah ke sana,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com