Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serbuan Gula Impor Rugikan Petani Tebu

Kompas.com - 10/06/2011, 19:00 WIB

MALANG, KOMPAs.com - Merajalelanya gula impor masuk ke Indonesia dan beredar di pasaran dengan harga relatif murah, mengakibatkan harga gula lokal terjun bebas. Petani tebu di Kabupaten Malang, Jawa Timur harus rela gigit jari. Apalagi, sejak Mei lalu, Malang mulai masuk musim giling tebu. Terpaksa, dengan serbuan gula impor di pasaran, hasil gula dari tebu petani harganya terjun bebas.

Menurut Gaguk (45), seorang petani, di Desa Tanjungsari, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, kepada Kompas.com, Jumat (10/6/2011), hampir semua petani tebu mengeluh karena harga gula lokal dibeli murah. "Alasannya, karena gula impor yang menyebabkan harga gula lokal murah. Itu sangat menyakitkan petani tebu. Karena hasil gulanya diambil murah oleh pabrik," kata pria yang mengaku punya lahan tebu seluas 1 hektare itu.

Sementara menurut pengakuan Muhamamd Umar, pengurus kelompok tani tebu di wilayah Malang Selatan, harga gula di pasaran yang turun drastis berimbas pada hasil panen tebu milik petani.

Akibat serbuan gula impor, membuat petani tebu tak bisa meraup keuntungan dari tanaman tebu yang dimilikinya. "Dari itu, kami yang sekaligus mewakili petani tebu di Kabupaten Malang, mendesak pemerintah agar mencabut kebijakan mendatangkan gula impor itu," katanya.

Kalau pemerintah tak menyetop atau melarang masuknya gula impor ke Indonesia itu, petani tebu bisa bangkrut. Tanam tebu mahal, setelah giling malah merugi," katanya.

Ditempat berbeda, Bupati Malang, Rendra Kresna, Kamis (9/6/2011), di pendapa Kabupaten Malang menegaskan, akibat serbuan gula impor ke Indonesia, khususnya ke Kabupaten Malang, sangat dirasakan oleh petani tebu.

"Karena itu, saya meminta dengan sangat, agar pemerintah pusat, segera menghentikan impor gula. Karena berakibat pada harga gula lokal turun. Dan menurut saya, sudah selayaknya pemerintah menghentikan impor gula ke Indonesia," tegasnya.

Lebih lanjut Rendra mengatakan, harga gula lokal yang semula Rp 10.000 per kilo, kini sudah turun drastis menjadi Rp 8.500. "Kebijakan impor gula dari pemerintah pusat, sangat merugikan petani tebu di Kabupetan Malang," katanya.

Jika serbuan gula impor tak bisa dibendung, apalagi saat memasuki musim giling, petani tebu dipastikan jelas merugi. Karena dengan adanya gula impor yang harganya murah, membuat gula lokal tidak bisa bersaing.

Selain itu jelas Rendra, kebutuhan industri gula impor itu, sudah jelas melenceng peruntukannya. Sehingga, gula lokal tidak mampu bersaing. "Untuk menolong petani tebu, pemerintah pusat harus menyetop impor gula ke Indonesia," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com