Jakarta, Kompas -
Demikian poin utama dari penandatanganan kerja sama antara PT Dirgantara Indonesia, PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), dan Airbus Military di gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (6/7). Pembaruan kerja sama ini untuk mewujudkan transformasi industri dirgantara Indonesia dengan target memperluas pangsa pasar ke wilayah Asia Pasifik.
Pihak yang menandatangani kesepakatan ini adalah Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso, Direktur Utama PT PPA Boyke W Mukijat, dan CEO Airbus Military Domingo Urena Raso. Menteri BUMN Mustafa Abubakar menyaksikan langsung penandatanganan itu.
Mustafa mengatakan, kerja sama antara PT DI dan Airbus Military merupakan salah satu upaya revitalisasi industri dirgantara. Polanya dengan melakukan pemutakhiran produk, pembukaan pasar baru, dan memperkuat jaringan dengan mitra strategis.
”Pemerintah berharap PT DI sebagai aset utama industri dirgantara nasional mampu berkompetisi di pasar global. Kita harus membuktikan industri dirgantara Indonesia bisa maju dan berkembang,” katanya.
Budi Santoso menambahkan, metode kerja sama yang dibangun dengan Airbus Military berupa kolaborasi strategis. Metode ini juga sesuai dengan rencana restrukturisasi dan revitalisasi yang berjalan di PT DI saat ini.
Boyke menuturkan, PT PPA melakukan sejumlah upaya penyehatan di PT DI, antara lain dengan membantu penyelesaian kontrak perusahaan dengan mengucurkan dana Rp 236 miliar (tahap pertama) dan Rp 89 miliar (tahap kedua). ”Selain itu, saat ini kita telah mengkaji penyelamatan PT DI dengan memberikan pinjaman dana Rp 675 miliar.”
Domingo menambahkan, hubungan kemitraan antara Airbus Military dan PT DI perlu diperkuat dan diperluas. Alasannya, persaingan industri dirgantara di tingkat global saat ini kian ketat.
Dijelaskan, kerja sama PT DI dan Airbus Military menyempurnakan rancang bangun dan memperluas pemasaran pesawat jenis CN-235.