Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belahan Kayu Hasilkan Miliaran Rupiah

Kompas.com - 26/07/2011, 05:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa yang dapat menyangka setiap belahan kayu kelapa (atau disebut glugu) dapat memunculkan ribuan motif titik. Dialah, M Amin, yang dapat berkesempatan melihatnya dan menjadikannya sebagai motif batik. "Saya tiap hari lihat papan yang saya belah, terinspirasi dari situ, cita-cita saya (waktu lihat belahan papan itu), bagaimana bisa jadi motif fashion," ungkap M Amin, pemilik usaha Batik Glugu Abadi, kepada Kompas.com, di sela-sela pameran busana yang diselenggarakan oleh Bank BRI, Jakarta, akhir bulan Juni lalu.

Motif batik glugu miliknya memang terbilang unik. Berbeda dengan motif batik pada umumnya. Siapa menduga usaha batik yang baru sah berdiri 14 Mei 2010, telah meraih omzet sebesar Rp 1,5 miliar per Desember 2010.

Motif ini sebenarnya dia amati semenjak memulai usaha mebel dari tahun 1999. Namun, usaha yang telah digelutinya selama belasan tahun ini untuk sementara ditinggalkannya demi menjalankan usaha batiknya. "Satu gelondong kayu bisa 10 motif. Tergantung kita belahnya seperti apa," sebutnya.

Hingga kini Amin telah memiliki koleksi sekitar 3.500 motif. Oleh karena banyaknya motif tersebut, batiknya pun banyak dipesan sebagai seragam kantor dan sekolah di wilayah Boyolali hingga ke daerah Yogyakarta.

Batiknya pun kini telah memiliki hak paten, yang didapatnya tanggal 7 Februari 2010, dan hak cipta (4 Februari 2010).

Sebelum sukses menjual batik seperti sekarang, Amin yang mengaku tidak memiliki keterampilan membatik ini, melakukan uji coba selama sepuluh tahun. "Saya foto motif kayu, saya fotokopi. Kemudian, saya minta ke sejumlah tempat untuk buatin baju dengan motif yang saya bawa. Tidak ada yang bisa," ceritanya.

Akhirnya, ia pun mencoba sendiri dengan bantuan penggunaan aplikasi CorelDraw, yang digunakan untuk "memainkan" motif-motif yang diperolehnya dari belahan kayu kelapa tersebut. Setelah itu, selama enam bulan sebelum usaha batik sah berdiri, ia melakukan uji coba yaitu dengan memproduksi pakaian dengan sejumlah motif yang diciptakannya sebanyak 20 kodi. "Itu saking bahagianya. Mau lihat pantes apa tidak dipakai," jawabnya terkait alasan mengapa menggunakan begitu banyak pakaian.

Karena tidak punya bekal keahlian membatik, ia pun memakai tenaga kerja yang sudah ahli, yang saat ini berjumlah 18 orang tenaga tetap. "Sekarang ini saya masih terus belajar batik," tuturnya.

Ia mengaku, batik glugu miliknya dapat beradaptasi dengan motif batik-batik lokal. "Kan, batik itu maknanya titik. Kalau sudah ada titik, ya sudah batik namanya," sebutnya, di mana motif batik glugu cenderung berupa titik, dan garis-garis kecil, seperti halnya guratan dalam belahan kayu kelapa.

Saat ditanya mengenai modal awal membuat batik ini, Amin enggan menyebutkannya. "Saya menilai prestasi itu kan butuh perjuangan. Jadi dana yang saya punyai saat itu tersedot ke usaha ini," jawabnya terkait modal awal.

Satu hal yang pasti, ia belum pernah meminjam dana sampai ke bank. "Filosofi saya, manusia dan alam jika disatukan itu menuju kekuatan yang tidak terbatas," ungkapnya.

Batik glugu pun dipasarkan dengan harga yang cukup terjangkau. Bahan katun dihargai sekitar Rp 70.000 per dua meter. Dengan ukuran yang sama, bahan sutra dihargai sekitar Rp 300.000. "Kebahagiaan kita kalau hasil karya disenangi orang, jadi nggak usah mahal-mahal," tuturnya, yang memakai rumahnya sebagai tempat pembuatan dan penjualan.

Satu hal yang diharapkannya adalah ketika orang melihat motif batik hasil belahan kayu kelapa tersebut, maka orang dapat langsung menilai, "Itu batik glugu," tuturnya singkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com