Sementara itu, Koordinator Wilayah Asia Timur Organisasi Lingkungan Internasional 350.org, Rully Prayoga, mengatakan, pengembangan dan implementasi sumber energi nonfosil merupakan program penting. Ini karena Indonesia terlalu bergantung pada bahan bakar fosil yang melepaskan emisi karbon dan berperan utama dalam pemanasan global.
”Sekitar 90 persen tingkat konsumsi energi kita berasal dari energi primer minyak/gas dan batubara,” kata Rully.
Dengan fakta ini, ia mengingatkan pemerintah akan komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menurunkan emisi karbon sebesar 26 persen pada 2020.
Ia ragu hal ini dapat dipenuhi jika subsidi BBM masih diberikan dan tidak dilakukan pengembangan sumber energi nonfosil, seperti geotermal.
Dari catatan Kompas, selain tergolong energi terbarukan dan tidak menimbulkan pencemaran udara, Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia yang mencapai 20.000 MWe (megawatt ekuivalen minyak). Berdasarkan data Asosiasi Panasbumi Indonesia (2002), baru beberapa sumber panas bumi yang dimanfaatkan, yaitu Kamojang (140 MW), Awibengkok (330 MW), Darajat (145 MW), dan Wayang Windu (110 MW).