Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Solusi BBM

Kompas.com - 12/09/2011, 04:21 WIB

Kecenderungan realisasi konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi di Tanah Air terus meningkat. Sepanjang tahun 2011, volume bahan bakar bersubsidi itu telah melampaui kuota yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011.

Lonjakan konsumsi bahan bakar bersubsidi ini kian nyata, terlihat di jalur mudik Lebaran. Demi bersilaturahim dengan kerabat di kampung halaman, setiap tahun jutaan warga rela menempuh perjalanan ribuan kilometer dan menembus kemacetan di jalur mudik dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Data realisasi harian penyaluran harian bahan bakar minyak (BBM) jalur mudik 2011 yang dilansir PT Pertamina menyebutkan, realisasi harian premium nasional pada 8 September 2011 sebesar 78.547 kiloliter (KL). Beberapa lokasi terminal BBM jenis premium menunjukkan kenaikan penyaluran harian premium 4 persen sampai 57 persen di atas penyaluran rata-rata harian untuk daerah terkait.

Secara kumulatif, data Kementerian ESDM menyebutkan, realisasi konsumsi BBM bersubsidi sampai 31 Agustus 2011 sebesar 27,29 juta KL. Jadi, realisasinya sudah mencapai 101,3 persen dari kuota APBN-Perubahan 2011. Selama arus mudik dan arus balik Lebaran, tentu angkanya bisa lebih tinggi dari itu.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, dalam paparan tertulisnya, menyatakan, penyaluran BBM bersubsidi tahun 2011 diperkirakan melampaui kuota APBN- Perubahan 2011. Untuk tahun 2012, Pertamina memperkirakan, total volume BBM bersubsidi mencapai 43,88 juta KL jika tanpa ada pengaturan BBM bersubsidi, lebih tinggi 3,88 juta KL dibanding kuota RAPBN 2012 sebesar 40 juta KL.

Hal ini disebabkan pertumbuhan realisasi konsumsi 5 tahun terakhir untuk premium 8 persen per tahun dan solar 6 persen per tahun seiring rata-rata pertumbuhan kendaraan 14,73 persen per tahun. Data Kepolisian RI tahun 2009 terhadap 2008 menyebutkan, mobil penumpang tumbuh 51 persen, bus 5,7 persen, dan sepeda motor 10 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang ditargetkan 6,4 persen dan 2012 sebesar 6,9 persen juga akan menambah permintaan premium dan solar.

Saat ini, pemerintah mulai menguji coba pemasangan alat kendali BBM bersubsidi dengan gelombang radio untuk mengetahui pola konsumsi BBM, tetapi sejauh ini efektivitas penggunaan sistem itu masih dipertanyakan. Selain tidak menyentuh akar permasalahan, yang terletak pada tingginya perbedaan harga antara BBM bersubsidi dan nonsubsidi, pemakaian alat kendali itu dikhawatirkan hanya akan menjadi proyek yang menghabiskan anggaran. (EVY RACHMAWATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Whats New
MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

Whats New
Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Whats New
Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Whats New
Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com