Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Kompas.com - 30/04/2024, 17:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia (Allianz Syariah) bakal melakukan efisiensi untuk mencegah naiknya harga kontribusi (premi) yang terus didesak inflasi medis.

Meskipun demikian, langkah untuk menaikkan biaya kontribusi peserta akan dijadikan pilihan terakhir demi menjaga penetrasi asuransi.

Direktur Utama Allianz Life Syariah Indonesia, Achmad K. Permana mengatakan, inflasi medis di Tanah Air tahun lalu mencapai 14,6 persen sepanjang tahun.

Sementara itu, inflasi medis pada kuartal I-2024 ini telah menyentuh 13 persen.

"Repricing akan jadi pilihan terakhir, kami akan banyak melakukan inovasi dan efisiensi di dalam. Kalau premi semakin mahal, jumlah masyarakat yang terproteksi makin sedikit," kata dia usai konferensi pers peluncuran AlliSya LegacyMax, Selasa (30/4/2024).

Baca juga: Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ia menambahkan, adanya tren peningkatan klaim asuransi kesehatan tersebut perlu dibahas oleh pelaku asuransi dan regulator.

Pasalnya, premi yang mahal akan membuat produk asuransi jadi semakin tidak terjangkau oleh masyarakat luas.

Permana menuturkan, pada dasarnya inflasi medis memang tidak dapat terhindarkan. Negara lain juga mengalami inflasi medis mulai kisaran 7-9 persen.

Baca juga: Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri telah menyoroti kenaikan klaim asuransi kesehatan pada 2023 yang mencapai 24,9 persen secara tahunan dengan rasio klaim mencapai 97,5 persen.

"Setelah pandemi Covid-19, orang langsung pada ke rumah sakit, klaimnya langsung melimpah ruah ditambah inflasi juga," imbuh dia.

Lebih lanjut, Permana menjelaskan, hal ini perlu dihentikan sebelum premi asuransi nantinya akan semakin mahal dan tidak lagi dapat dimiliki oleh lebih banyak masyarakat.

"Untuk di-cover asuransi kesehatan yang standar saja biayanya bisa sangat mahal kan," tutur dia.

Baca juga: Masyarakat Kelas Atas Indonesia Punya Kecenderungan Beli Asuransi di Luar Negeri

Allianz Syariah sendiri akan mengandalkan digitalisasi dan proses underwriting yang efisien untuk mengatasi hal ini.

Permana juga tak menyangkal klaim yang tinggi ini bakal berpotensi menggerus laba perusahaan.

"Itu semua pelaku industri akan kena, limbahan klaim yang meningkat. Peningkatan klaim yang signifikan itu menggangu operasional," tandas dia.

Baca juga: Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen


Sebelumnya, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Iwan Pasila menjelaskan, tren inflasi medis tahun lalu yang juga mengkerek pembayaran premi industri asuransi kesehatan, telah berdampak lebih lanjut ke harga premi asuransi ke konsumen.

"Sudah banyak (perusahaan asuransi) yang menaikkan premi, sudah banyak. Ada juga suara konsumen, kok naiknya tinggi banget," kata dia ketika ditemui di Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Ia menambahkan, rata-rata kenaikan premi produk asuransi kesehatan ada di kisaran 20 persen. Namun, beberapa perusahaan asuransi juga ada yang menaikkan premi dengan jumlah yang signifikan.

Iwan khawatir, kenaikan ini akan sulit dijangkau terutama dalam kondisi makro yang sedang penuh gejolak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com