Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Kompas.com - 20/04/2024, 18:45 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, inflasi medis yang terjadi tahun lalu telah membawa dampak yang lebih konkret pada industri asuransi di Indonesia.

Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Iwan Pasila menjelaskan, tren inflasi medis tahun lalu yang juga mengkerek pembayaran premi industri asuransi kesehatan, telah berdampak lebih lanjut ke harga premi asuransi ke konsumen.

"Sudah banyak (perusahaan asuransi) yang menaikkan premi, sudah banyak. Ada juga suara konsumen, kok naiknya tinggi banget," kata dia ketika ditemui di Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Baca juga: Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ia menambahkan, rata-rata kenaikan premi produk asuransi kesehatan ada di kisaran 20 persen. Namun,
beberapa perusahaan asuransi juga ada yang menaikkan premi dengan jumlah yang signifikan.

Ia khawatir, kenaikan ini akan sulit dijangkau terutama dalam kondisi makro yang sedang penuh gejolak.

Kenaikan premi ini lebih terasa di produk asuransi kesehatan individu. Sementara di produk kesehatan kumpulan, kenaikan premi dapat berimbas pada beban perusahaan yang semakin meningkat.

Perusahaan yang tidak mampu mengikuti kenaikan premi dikhawatirkan akan memangkas manfaat dalam produk asuransi yang diberikan untuk karyawannya. 

Baca juga: OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Iwan bilang, saat ini pihaknya telah berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk dapat membangun ekosistem yang lebih efisien ke depan.

Industri asuransi dan rumah sakit harapannya dapat mengakses satu data untuk dapat melihat apakah pelayanan yang dilakukan sudah baik. Hal tersebut termasuk pengawasan tindakan dan pemberian obat-obatan dilakukan implikasi medis yang sesuai.

"Bukan untuk intervensi, tapi kemudian dengan data base yang digital itu, kalau kita bisa koneksi, kita bisa menganalisa dan memberi masukan," imbuh dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com