Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masihkah Ada Masa Depan bagi Merpati?

Kompas.com - 17/10/2011, 02:38 WIB

Apakah Merpati kali ini ingkar janji? Ataukah PT Pertamina yang ingkar janji? Ataukah pemerintah? Tidak jadi soal siapa yang kali ini ingkar janji, faktanya penduduk Indonesia menjadi korban dari konflik avtur dua badan usaha milik negara tersebut.

PT Merpati Nusantara Airlines, yang awalnya diterbangkan untuk menjadi jembatan udara Kalimantan, memang masih bertaji setidaknya untuk terbang di untaian pulau-pulau di bagian Indonesia bagian timur. Kedatangannya masih dinantikan. Jadi ketika Sabtu minggu lalu Merpati tak terbang, tak sedikit orang dirugikan.

Tentu saja, sangat disayangkan sempat terjadi konflik dalam penyuplaian avtur. Akan tetapi, dilihat dari sisi positifnya, kita jadi mengetahui belum tuntasnya persoalan Merpati. Meski tahu, kita masih saja sulit memahami, mengapa Merpati dibiarkan terbang limbung hingga detik ini.

Kita juga sulit memahami, tak kunjung turunnya penyertaan modal negara sebesar Rp 561 miliar. Menguapkah? Entah. Namun, apabila saja besok pagi dana itu cair, jumlahnya tak lagi cukup untuk menyehatkan Merpati yang ”berdarah-darah” dari hari ke hari.

Sebenarnya, dalam beberapa tahun ke depan, siapa sih yang butuh Merpati? Jumlah penumpang memang akan berlipat dua dari 51,4 juta orang (2010) diprediksi jadi 103,4 juta orang. Namun, rute pendek yang kini dikuasai Merpati dapat saja disubstitusi oleh armada ATR Lion Air ataupun Embraer Sriwijaya Air.

Langit Asia Tenggara yang menjadi satu, oleh karena kebijakan udara terbuka (open sky policy), boleh jadi makin membuka langit kita. Tak jadi soal siapa di balik maskapai itu, investasi siapa di balik operasional pesawat itu, yang terpenting yang mampu melayani lebih baik dan murah, dialah yang lebih berhak terbang di antara kota-kota dan pulau-pulau kita.

Namun bagi pengamat penerbangan Dudi Sudibyo, Merpati merupakan penanda eksistensi Indonesia di langitnya sendiri. Garuda di rute panjang dan Merpati di rute pendek.

Nah, kasus Merpati adalah sebuah ujian. Sebab, dari langkah-langkah penyelamatan hidup Merpati, kita jadi berkesempatan mengamati perilaku sebagian warga republik ini. Ketika berapi-api mengecam agresivitas maskapai luar negeri untuk merebut langit kita, tapi sebaliknya apa yang diperbuat untuk Merpati, yang mengusung bendera kita di atas sana?

Mengecam Merpati, menyetop pasokan avtur, memang mudah. Namun, solusi jitu apa yang ditawarkan bagi masa depan PT Merpati Nusantara Airlines? (HARYO DAMARDONO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com