Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reboisasi untuk Penyelamatan Lereng Wilis

Kompas.com - 25/11/2011, 02:56 WIB

Syukurlah, rangkulan ini disambut baik oleh masyarakat. Mereka sadar tak bisa mengandalkan siapa pun bahkan pemerintah untuk membantu. Segala upaya mereka tempuh demi selamat dari bencana longsor. Mulai yang paling sederhana yakni waspada apabila mendengar suara gemuruh atau hujan deras, hingga pergi transmigrasi.

Adalah Nurul (28), satu dari puluhan warga di lereng Wilis yang memilih jalan transmigrasi. Dengan mantap, ia tinggalkan kampung halamannya di Desa Bodag, Kecamatan Kare, di penghujung Oktober 2011 lalu.

Bersama dengan 24 keluarga lainnya dari berbagai kecamatan di Kabupaten Madiun, Nurul bertolak ke Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Didampingi suami dan anak semata wayangnya, ia bulatkan tekad mengikuti program transmigrasi pola umum yang dibiayai pemerintah.

”Dari dulu memang ingin transmigrasi supaya kehidupan kami lebih baik dan tidak terus dihantui ketakutan. Di sini (Madiun) kami tidak bisa berkembang dan hidup dengan ketakutan, seperti dikejar longsor,” ujarnya.

Nurul sejatinya hanyalah satu dari 900 keluarga di Bodag yang hidup dalam ancaman bahaya longsor. Bahkan, ia merupakan satu dari enam keluarga yang menjadi korban longsor, pada Januari 2011 lalu dengan kondisi rumah hancur.

Secara geografis, kampung Nurul berada di lereng Gunung ”mati” Wilis bersama dengan puluhan desa lain yang tersebar di lima kecamatan, yakni Kecamatan Kare, Kecamatan Gemarang, Dagangan, Kecamatan Saradan, dan Kecamatan Wungu.

Kepala Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, di Bandung, merekomendasikan masyarakat di Desa Bodag direlokasi demi menghindari bencana.

Relokasi ini menjadi satu-satunya solusi karena sifat dari gerakan tanah tidak bisa diprediksi. Gerakan tanah bisa terjadi kapan saja tanpa menunjukkan gejala awal.

Persoalannya, relokasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Di samping butuh biaya besar, masyarakat juga belum tentu bersedia pindah dari kampung halamannya. Alasannya beragam. Contohnya sudah telanjur mengakar dengan lingkungan sosial di tempat itu sejak kakek buyut hingga beranak-pinak.

Mengacu pada kondisi itu, kalaupun warga setuju dengan relokasi, persyaratan yang mereka ajukan pasti tidak sedikit. Misalnya, tempat baru tidak boleh jauh dari Desa Bodag. Atau, kalaupun lokasinya jauh, berarti pemerintah harus menyediakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com