Rendahnya harga lelang gula petani, menurut Ketua APTRI PTPN X Kadar Oesman, disebabkan membanjirnya gula rafinasi di pasar konsumsi. ”Jika impor gula dibiarkan, tidak hanya petani yang mati, industri gula nasional juga kolaps karena pabrik gula tutup akibat ketiadaan tebu untuk digiling,” katanya.
Ketua APTRI PG Pagotan Mujiono mengatakan, kerugian petani tebu di Kabupaten Madiun pada musim giling 2011 rata-rata Rp 10 juta per hektar. Jika satu pabrik memiliki lahan tebu seluas 5.000 hektar, maka total kerugian petani satu pabrik gula mencapai Rp 50 miliar.
Padahal, animo petani tebu pada musim tanam 2011-2012 turun sekitar 30 persen. Akibatnya, sebagian petani beralih ke tanaman padi, jagung, dan kedelai. Apalagi harga beras saat ini mendekati harga gula.
Idealnya, harga gula 2,5 kali lebih tinggi daripada harga beras sehingga petani untung. Apalagi, masa panen tebu cuma 14 bulan, sedangkan padi empat bulan.