Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh Tani Tuntut Kenaikan Upah

Kompas.com - 17/01/2012, 19:30 WIB
Mukhamad Kurniawan

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com — Para petani di sejumlah desa di Purwakarta dan Karawang, Jawa Barat, harus menanggung tambahan ongkos produksi akibat tuntutan kenaikan upah dari buruh tani musim ini. Para buruh meminta tambahan upah seiring dengan kenaikan harga beras dua bulan terakhir.

Engkos (45), petani di Kelurahan Nagrikidul, Kecamatan Purwakarta, menyebutkan, upah kuli harian pembersih rumput liar, pemupuk, dan penyemprot pestisida naik dari Rp 25.000 menjadi Rp 35.000 per setengah hari kerja mulai musim ini. Mereka meminta upah disesuaikan dengan harga gabah dan beras yang relatif tinggi belakangan ini.

Ongkos makan bagi kuli otomatis naik karena harga beras naik. Di luar upah Rp 35.000 untuk tujuh jam kerja hingga pukul 14.00, petani penggarap atau pemilih lahan biasanya juga menyediakan makan dan rokok. ”Itu menjadi beban tambahan buat petani,” kata Engkos, Selasa (17/1/2012), di Purwakarta.

Koyar (46), petani di Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, menambahkan, bagi petani dengan lahan kurang dari 0,5 hektar yang biasanya memiliki keterbatasan modal, sekecil apa pun kenaikan ongkos produksi tetap terasa berat. Apalagi, sebagian dari mereka harus menanggung beban bunga karena sarana produksi seperti pupuk dan obat dibayar setelah panen.

Kenaikan harga pupuk urea Rp 200 per kg menjadi Rp 1.800 per kg juga memberatkan karena harga di kios lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. ”Sekarang urea dijual ke petani Rp 1.900-Rp 1.950 per kg,” ujarnya.

Tala (50), petani di Desa Pamekaran, Kecamatan Banyusari, menambahkan, dengan alasan harga beras mahal, buruh tanam juga meminta kenaikan upah dari Rp 400.000 per bahu (7.000 meter persegi) musim lalu menjadi Rp 500.000 per bahu musim ini. Di Karawang, penanaman padi biasanya dikerjakan secara borongan oleh sekelompok buruh yang terdiri dari 20 hingga 40 orang.

Kuli harian juga minta tambahan upah karena alasan yang sama. Sekarang harga beras umumnya di atas Rp 7.500 per kg dan memberatkan bagi sebagian besar buruh tani. ”Saya dan mungkin petani lain tak tega menolak tuntutan buruh,” ujar Tala.

Sejumlah petani, seperti Tala, menilai tuntutan kenaikan upah sebagai hal wajar di tengah tingginya harga jual gabah beberapa musim terakhir. Tala menjual hasil panennya musim lalu sebesar Rp 4.000 per kg gabah kering panen (GKP) atau jauh lebih tinggi dari standar pembelian pemerintah Rp 2.640 per kg GKP.

Dengan beberapa kenaikan komponen tersebut, Tala memperkirakan ongkos produksi padi berkisar Rp 4 juta-Rp 5 juta per hektar musim ini. Asal harga gabah bertahan di atas Rp 3.000 per kg GKP dan produksi padi normal, petani masih dapat keuntungan. ”Semoga harga gabah tetap menguntungkan petani saat panen nanti,” katanya.

Dengan melihat kondisi tanaman dan serangan hama penyakit, sejumlah petani optimistis bisa memperoleh hasil panen yang memadai musim ini. Keserempakan tanam dan pengawalan yang ketat dinilai bisa meminimalisasi risiko serangan hama penyakit.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com