Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendapatan Petani Terus Turun

Kompas.com - 02/02/2012, 02:49 WIB

PALEMBANG, KOMPAS - Pendapatan petani dan buruh karet di Sumatera Selatan terus menurun seiring dengan menurunnya harga karet di tingkat internasional. Sejauh ini, petani hanya menunggu harga karet meningkat kembali.

Petani karet di Desa Lembak, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, Muslim (55), mengatakan, harga karet di pelelangan koperasi karet di Kecamatan Gelumbang, dua pekan lalu, sebesar Rp 16.200 per kilogram, atau turun dari sebulan lalu sebesar Rp 16.400 per kg. ”Harga karet dua bulan lalu di tingkat pelelangan koperasi berkisar Rp 20.000 per kilogram, terus turun sampai sekarang,” katanya, Rabu (1/2).

Selain itu, produksi getah karet di pohon pun berkurang sekitar 20 persen selama 10 hari terakhir karena cuaca yang panas dan curah hujan yang tinggi. Dari 1 hektar kebun karet, Muslim hanya memperoleh sekitar 270 kg, turun dari biasanya yang 400 kg per bulan.

Kondisi tersebut membuat pendapatan Muslim yang mempunyai 6 hektar kebun karet itu turun. ”Biasanya saya memperoleh Rp 16 juta, sekarang ini cuma dapat Rp 13 juta per bulan,” tuturnya.

Komoditas karet merupakan salah satu penopang ekonomi terbesar masyarakat Sumsel. Pada tahun 2009 luas perkebunan karet Sumsel mencapai lebih kurang 1,06 juta hektar. Sebagian besar kebun karet itu merupakan perkebunan rakyat dengan jumlah petani sekitar 566.000 keluarga. Karet juga menyerap ratusan ribu buruh sadap.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, nilai ekspor karet Sumsel pada November 2011 sebanyak 253,7 juta dollar AS, turun sebanyak 28,2 persen dari Oktober 2011 sebanyak 353,3 juta dollar AS. Penurunan nilai ekspor karet menjadi faktor utama turunnya nilai ekspor daerah Sumsel secara keseluruhan,” kata Kepala BPS Sumsel Haslani Haris.

Mogok kerja

Di tengah suramnya harga karet, sekitar 300 buruh PT Star Rubber, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mogok kerja, Rabu (1/2). Mereka menuntut penjelasan manajemen perusahaan terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lima karyawan di bagian mekanik.

Ares (34), salah satu karyawan yang terkena PHK, mengatakan, dalam surat itu memang ada klausul pemberian pesangon, tetapi sampai Rabu ini belum diterima. ”Alasan PHK juga tidak jelas. Kami sedang bekerja, tiba- tiba dipanggil dan diberi tahu kalau terkena PHK,” ujar Ares.

Wakil General Manager PT Star Rubber Widia mengatakan, PHK itu terjadi karena pernah terjadi mogok kerja di bagian mekanik tanpa perundingan sehingga mengakibatkan kerugian. Selain itu, perusahaan juga menilai terjadi inefisiensi di bagian mekanik,” ujar Widia. (IRE/AHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

Whats New
BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com