Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Sinar Mas: Mari Berpihak pada Petani

Kompas.com - 06/02/2012, 10:34 WIB

Produk beras kita, meski telah kita pompa produksinya, belakangan ini selalu tidak cukup. Kita selalu impor 500.000 ton hingga 2,5 juta ton beras per tahun. Jangan lupa, ketika meraih swasembada beras tahun 1984, kita baru saja merampungkan revolusi hijau. Penduduk Indonesia pun belum sampai 180 juta jiwa.

Kini, tatkala lahan produktif dan strategis tergerus infrastruktur dan ekspansi hunian manusia, Indonesia harus meningkatkan produksi beras. Memang meningkat, tetapi tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan. Penduduk Indonesia sudah 240 juta jiwa. Indonesia pengonsumsi beras yang hebat.

Kalau negara tetangga mengonsumsi 60 kg per kapita per tahun, Indonesia mengonsumsi 136 kg beras per kapita per tahun. Rata-rata produksi sawah Indonesia 2 ton per hektar per tahun, bandingkan sejumlah negara tetangga yang mampu menghasilkan 6 ton per hektar per tahun. Indonesia pun pengguna gula dan karbohidrat besar sehingga menjadi pengidap diabetes terbesar keempat di dunia.

Apa rencana Anda?

Kita harus berkampanye dan menempuh beberapa hal strategis. Pertama, meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Ini berkaitan dengan upaya lebih memodernkan proses produksi, menyediakan irigasi, bibit unggul, pupuk yang cukup, penyuluhan untuk menyampaikan pengetahuan baru tentang teknologi. Saya suka terenyuh mendengar ada petani mengurangi tebaran pupuk karena anak perlu susu atau ada anak hendak menikah.

Kedua, pemerintah tentu mau memberi petani pinjaman dengan margin nol persen. Lalu mengajak inti dan plasma bekerja sama membangun interaksi positif untuk meningkatkan produksi pertanian. Brasil kini meraih kemajuan dalam ekonomi karena berani memberi kredit kepada petani dengan nol margin. Pemerintah yang turun tangan memberi margin kepada perbankan. Jadi ada semacam keberpihakan yang jelas. Tidak heran, kini skala ekonomi Brasil sudah melewati Inggris.

Di perkebunan sawit, aspek ini diterapkan dan kini Indonesia menjadi penghasil CPO terbesar. Kini selain batubara, CPO menjadi komoditas unggulan untuk ekspor. Untuk areal 7,5 juta hektar sawit yang ditanam, menghasilkan 23 juta ton. Kalau sawit per ton senilai 1.000 dollar AS, maka hasilnya adalah 23 miliar dollar AS. Pemerintah, melalui pajak, memperoleh 12 miliar dollar AS, luar biasa. Kalau produksi beras dipompa sedemikian rupa, juga akan menghasilkan pendapatan rakyat dan pendapatan negara dengan skala luar biasa. Kita bisa, kok, menjadi negara kaya, sepanjang kita mau melakukan terobosan dan lebih langkas menetaskan inovasi-inovasi baru. Belajar dari kelapa sawit inilah, saya yakin kalau ada kerja sama sangat baik antara inti, plasma, dan pemerintah, Indonesia dalam waktu singkat akan menjadi negara penghasil beras yang diperhitungkan.

Bagaimana memulainya?

Mulai dulu dari langkah-langkah kecil. Misalnya, sediakan lahan, kemudian bikin modulnya. Kedua, beri contoh langsung. Soal contoh ini penting. Dulu, dengan kelapa sawit, banyak yang tidak mengerti. Tetapi dengan contoh, dengan modul yang jelas, pendanaan yang baik, semua berjalan baik. Lalu banyak yang tertarik dan ”ikut ke dalam kereta”.

Tetapi lahan strategis untuk padi tergerus infrastruktur, perumahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com