Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS Dukung Swasembada Daging

Kompas.com - 24/02/2012, 11:56 WIB
Imam Prihadiyoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Pertanian menurunkan kuota impor sapi tahun 2012 hampir 17 persen dibandingkan tahun 2011. Kekhawatiran bahwa harga daging sapi akan melambung dan peternak lokal sulit memenuhi permintaan sudah terbantahkan. Pasalnya, pemangkasan impor telah mendorong reaksi positif peternak dan mendukung tumbuhnya industri daging sapi dalam negeri.

Itu sebabnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendukung upaya swasembada daging. ”Dari data terbaru menunjukkan bahwa produksi dalam negeri masih mungkin ditingkatkan. Kenaikan harga yang terjadi saat ini hanya masalah transisi, peternak lokal sedang beradaptasi. Jika kita bisa melalui tahun 2012 ini dengan baik, realisasi swasembada sapi di tahun 2014 merupakan keniscayaan,” ujar anggota Fraksi PKS DPR, Rofi' Munawar, di Jakarta, Jumat (24/2/2012).

Berdasarkan hasil pendataan sapi perah dan kerbau (PSPK) 2011 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), ternyata terjadi kenaikan signifikan pada populasi sapi potong sebesar 1,7 juta ekor sesuai kondisi per 1 Juni 2011.

Data awal sesuai cetak biru Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian menunjukkan, populasi sapi potong di 2010 mencapai 12,81 juta ekor, kemudian tahun 2011 mencapai 13,21 juta ekor, ternyata hasil PSPK 2011 realitasnya mencapai 14,82 juta ekor. Untuk sapi perah tahun 2010 sebanyak 0,58 juta ekor, pada 2011 mencapai 0,60 juta ekor sesuai dengan data hasil PSPK 2011.

Kemudian untuk kerbau pada tahun 2010 mencapai 1,30 juta ekor, pada 2011 naik sebanyak 1,31 juta ekor, tetapi secara data hasil PSPK 2011 sekitar 1,30 juta ekor. ”Yang perlu dilakukan saat ini adalah memastikan faktor off farm, yaitu terkait distribusi dan pasar yang mendukung bagi industri sapi lokal sehingga demand dan supply dapat dilakukan lebih efisien di pasar karena faktanya secara produksi daging sapi atau on farm tidak ada masalah karena terus mengalami peningkatan,” ujarnya.

Anggota Komisi IV asal Dapil VII Jatim ini menegaskan, perlu ada usaha maksimal dari pemerintah untuk membangun jalur distribusi dan logistik yang lebih efisien karena pada kenyataannya biaya distribusi menjadi variabel pengungkit harga yang cukup signifikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com