Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Murah, Tapi Bikin Tenang....

Kompas.com - 02/03/2012, 14:49 WIB

KOMPAS.com - Pernahkah Anda membayangkan, rumah yang dibeli dengan susah payah, mencicil dalam jangka panjang, dan tempat berteduh keluarga tercinta, lenyap seketika karena kebakaran, gempa bumi, atau tanah longsor? Sesungguhnya, bermacam risiko tersebut dapat diminimalkan dengan mengasuransikan rumah.

Sayangnya, kesempatan mengelola risiko tersebut belum dipahami oleh sebagian masyarakat. Pemahaman tentang asuransi kerugian hanya timbal setelah tertimpa bencana atau dipaksa karena bank mengharuskan ada asuransi kerugian jika nasabah mengambil kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank.

Ketika mengajukan KPR, bank memang meminta nasabah membayar asuransi kerugian. Ini dilakukan agar, ketika terjadi musibah rumah terbakar atau lainnya, bank masih dapat uang pertanggungan dari asuransi sehingga asetnya tidak lenyap. Ini merupakan cara bank melindungi asetnya.

Sayangnya, menurut Presiden Direktur PT Mandiri AXA General Insurance EP Supit, setelah cicilan KPR lunas, yang berarti sudah tidak ada kewajiban berasuransi, orang pun tak lagi meneruskan asuransi rumahnya. Masyarakat masih menganggap asuransi rumah sebagai beban, bukan sebagai upaya memitigasi risiko.

Orang menganggap asuransi rumah memberatkan keuangan keluarga, padahal asuransi rumah relatif murah dibandingkan dengan pendapatan keluarga. Premi asuransi rumah dihitung berdasarkan per mil (per 1.000) dari nilai pertanggungan. Bandingkan dengan premi asuransi mobil yang perhitungannya berdasarkan persen.

"Jadi, seharusnya setiap orang bisa mengasuransikan rumahnya," kata Supit.

Supit mencontohkan, untuk rumah di kawasan elite Menteng, Jakarta, dengan bangunan seluas 600 meter persegi, yang harganya sekian miliar rupiah, premi asuransi kerugiannya hanya sekitar Rp 300.000 per tahun. Bandingkan dengan pendapatan mereka yang tinggal di kawasan tersebut, yang mungkin mencapai ratusan juta rupiah per bulan alias miliaran rupiah per tahun.

"Namun, di kawasan elite pun, sangat sedikit orang yang punya kesadaran mengasuransikan rumahnya," kata Supit.

Selain ketidaktahuan, bahwa premi asuransi rumah sebenarnya sangat murah, kurangnya kesadaran masyarakat juga disebabkan oleh tidak adanya kewajiban mengganti rumah tetangga yang ikut menjadi korban gara-gara rumah kita terbakar.

"Asuransi jenis ini namanya third party liabilities atau kewajiban kepada pihak ketiga. Jika ini diwajibkan, asuransi rumah bakal marak," kata Supit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com