Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Keangkeran" Bandara Soetta bagi TKI

Kompas.com - 20/03/2012, 14:59 WIB
Nurulloh

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta), Cengkareng, tampaknya masih menjadi tempat yang "angker" bagi kebanyakan TKI. Bukan karena kesan mistisnya, tapi disebabkan banyaknya kejadian pahit yang dialami para TKI ketika hendak menuju atau pulang dari negara tempatnya bekerja.

Hal tersebut diungkapkan oleh para reporter warga di Kompasiana yang bekerja di luar negeri. Mulai dari porses pemeriksaan yang tidak wajar oleh petugas bandara sampai hilangnya barang bawaan sering mereka alami. Bahkan ada juga yang merasa dikriminalisasi.

Ary-23 misalnya, ia diperlakukan seperti seorang kriminal oleh petugas bandara Soetta ketika pulang berobat dari Malaysia tahun 2009 silam. Dia menuturkan saat tiba di bandara Soetta, petugas memeriksa tiket bagasi Ary dan sial baginya, ketika tahu bahwa tiket bagasi yang dia kantongi hilang dan akhirnya harus berurusan lebih panjang dengan petugas bandara.

Di luar dugaan, Ary menerima perlakuan yang tidak menyenangkan ketika petugas bandara menganggapnya sebagai TKI, padahal sudah berulangkali dijelaskan Ary, bahwa dirinya pergi ke Malaysia untuk berobat.  "TKI ya, kamu harus lewat sana, tak boleh jalan sini," tulis Ary seperti yang dikatakan petugas kepadanya.

Tanpa mengulur waktu, petugas tersebut membawanya beserta koper bawaan Ary tanpa minta persetujuan darinya. "Dia (petugas) tak mau melepaskan cengkeramannya. Bahkan lengannya dengan segaja menyikut tepat di bagian jahitan perutku yang baru 3 minggu dioperasi," tulisnya lagi.

Lain halnya dengan pengalaman Aulia, TKI asal Hong Kong yang mengalami pemerasan oleh petugas di bandara Soetta pada Januari 2012 lalu. Menurut penuturannya, dia dikenakan biaya tambahan yang tidak wajar akibat barang bawaannya yang menurut petugas bandara melebihi batas maksimum beban bagasi.

"Batas maksimumnya mereka bilang hanya mencapai 25 kg (Catatan: dari Hong Kong saya menggunakan penerbangan dengan Maskapai Cathay Pacific kemudian untuk penerbangan lanjutan ke Semarang akan menaiki pesawat Garuda).Di situ saya adu argumentasi sedikit dengan petugas.Ketika masih di Hong Kong, saya sudah diberitahu untuk batas maksimum bagasi bisa mencapai 35 kg," tulis Aulia di Kompasiana.

Setelah adu argumen akhirnya Aulia menuruti kemauan petugas yang mengharuskannya membayar denda kelebihan beban bagasi. Namun pemerasan secara halus seperti ini tidak sampai di situ. Saat hendak mencari informasi hotel yang dekat dengan bandara, secara terang-terangan petugas bandara meminta uang untuk informasi yang akan diberikan.

Tetapi Aulia menolak dengan mengatakan dirinya tidak ada uang lagi untuk membayar hal itu. Walau begitu, tetap saja petugas itu memaksa secara halus. “Mbak.. Kalau embak nggak ada rupiah, dollar juga nggak papa kok.Kita juga menerima,” kata petugas tersebut sepeti ditulis Aulia.

Diskriminasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com