Sekretaris Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Makmur Syaheran, Selasa (3/4), mengatakan, dua set kereta rel listrik (KRL) yang baru bersertifikat dua pekan lalu masih digunakan untuk kereta cadangan. ”Saat ini, kami belum menambah frekuensi perjalanan kereta karena memperkuat keandalan KRL Commuterline yang ada. Kereta yang sudah mendapatkan sertifikat masih berfungsi sebagai kereta cadangan,” kata Makmur.
Dengan kondisi ini, dia menjamin perjalanan KRL Commuterline akan semakin andal. Jika ada gangguan KRL Commuterline, pihaknya segera menggantinya dengan kereta cadangan. Namun, gangguan masih mungkin terjadi pada pendingin ruangan kereta, apalagi jika kondisi kereta sudah teramat padat.
Penambahan perjalanan kereta, menurut Makmur, masih harus mempersiapkan sejumlah hal, antara lain ketersediaan listrik dan penyesuaian dengan jadwal perjalanan kereta yang ada.
Sementara enam set kereta yang sudah bersertifikat mulai digunakan untuk melayani perjalanan. Kereta ini tidak digunakan untuk jalur tertentu, tetapi diputar sesuai kebutuhan perjalanan.
Pada tahun 2012, PT KCJ berencana menambah jumlah kereta. Akhir April ini rencananya akan datang 30 KRL seri 6000 yang dibeli dari Jepang.
Agus Imansyah, pengguna KRL lintas Bogor yang juga anggota KRLmania, mengungkapkan, ada kebutuhan penambahan rangkaian kereta. KRL saat ini sangat padat, terutama pada jam sibuk pagi dan sore hari.
”Di pagi hari, KRL sangat padat, terutama kereta yang berangkat sebelum pukul 08.00 dari Stasiun Bogor. Begitu padatnya kereta di jam ini sampai masih saja ada penumpang yang duduk di atap kereta ekonomi,” kata Agus.
KRL Commuterline, ujarnya, juga makin padat akhir-akhir ini. Kemungkinan kondisi ini terjadi karena sebagian penumpang KRL ekonomi pindah ke KRL Commuterline. Apalagi, jadwal KRL Commuterline lebih banyak daipada KRL ekonomi.
Adapun jadwal KRL di jalur lingkar masih terasa lama. ”Karena harus menunggu lama, kereta yang datang juga jadi penuh penumpang,” papar Agus.
Kebutuhan untuk segera menambah kapasitas angkut KRL, menurut dia, kian mendesak, terutama jika pemerintah jadi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Apabila kebijakan itu diberlakukan, bukan tidak mungkin pengguna kendaraan pribadi akan beralih ke KRL.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia Ellen Tangkudung mengatakan, keberpihakan terhadap KRL seharusnya diwujudkan secara jelas. Apalagi, moda transportasi ini sudah terbukti berdaya angkut besar, cepat, dan relatif murah.
”Sayangnya, perkembangan KRL masih lamban. Seharusnya urusan kereta tidak bisa diserahkan hanya kepada PT KAI. Harus ada dorongan dari pemerintah pusat juga,” ujar Ellen.
Dia mencontohkan, masalah pelintasan sebidang seharusnya juga mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat untuk mempercepat penyelesaiannya. Jika diserahkan kepada pemerintah daerah, setiap tahun hanya 1-2 titik pelintasan sebidang yang bisa diselesaikan. Adapun jumlah persimpangan sebidang mencapai ratusan titik.
Penyelesaian yang menyeluruh juga perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan listrik dan keterbatasan armada kereta. Hal ini jdibutuhkan untuk mempersiapkan peralihan pengguna kendaraan pribadi ke KRL jika terjadi kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi.