Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Nelayan Andon Masih Marjinal

Kompas.com - 19/04/2012, 18:50 WIB
Brigita Maria Lukita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Petugas pengawas perikanan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan melepas enam kapal ikan asal Juwana, Jawa Tengah, setelah sebelumnya ditangkap karena menangkap ikan di luar wilayah yang diizinkan.

Mereka dibebaskan setelah mengalami penipuan uang sebesar Rp 90 juta oleh oknum yang mengatasnamakan petugas Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) serta dinas kelautan dan perikanan setempat.  

Jumlah anak buah kapal yang dibebaskan sebanyak 88 orang, yang merupakan nelayan andon atau nelayan berpindah.

Keenam kapal itu adalah KM Arta Mina Unggul, KM Arta Mina Barokah, KM Sumber Rezeki Putra 02, KM Arta Mina Rezeki, KM Sido Mulyo 2, dan KM Era Sanjaya. Keenam kapal itu ditangkap tanggal 8 April 2012 dalam operasi bersama di bawah koordinasi Bakorkamla.     

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Syahrin Abdurrahman di Jakarta, Kamis (19/4/2012), menyatakan prihatin para nelayan andon tersebut menjadi korban penipuan dari sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. 

Penipuan itu bermodus orang yang mengaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Timur Iwan Mulyana, yang menghubungi pengurus nelayan dengan nomor telepon 08111876754. Oknum itu meminta kiriman uang Rp 90 juta untuk diserahkan kepada Komandan Satuan Tugas Bakorkamla Wilayah II A Lubis serta Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Iwan Mulyana.

"Kami sedang mengusut kasus penipuan ini. Akan tetapi, rasanya sulit mengembalikan uang Rp 90 juta tersebut," ujar Syahrin.

Syahrin mengemukakan, kasus penipuan yang mengatasnamakan petinggi atau pejabat sudah beberapa kali terjadi. Kasus terakhir, oknum yang mengatasnamakan Direktur Jenderal PSDKP melakukan penipuan sebesar Rp 150 juta.  

Ia menambahkan, nelayan andon seharusnya mendapat kesempatan yang sama untuk menangkap ikan di perairan Indonesia. Akan tetapi, otonomi daerah menyebabkan wilayah perairan kerap dikapling berdasarkan wilayah kabupaten dan provinsi dengan izin penangkapan di perairan itu dari dinas setempat.     

Kapal nelayan andon asal Juwana itu, ujarnya, mengantongi izin untuk menangkap ikan di utara Jawa, tetapi batas titik koordinat penangkapannya tidak disertakan. Akibatnya, nelayan andon berpotensi ditangkap di wilayah lain.

"Ini tak masuk akal, tetapi terjadi. Nelayan kita ditangkap di negeri kita sendiri karena dianggap melanggar batas wilayah, sedangkan nelayan asal Malaysia yang masuk ke perairan kita tidak boleh ditangkap," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Pengembangan SDM, IWIP-WBN Buka Program Beasiswa untuk Mahasiswa dan Mahasiswi di Halteng dan Haltim

Dukung Pengembangan SDM, IWIP-WBN Buka Program Beasiswa untuk Mahasiswa dan Mahasiswi di Halteng dan Haltim

Whats New
Renovasi hingga Buka Toko Baru, Supra Boga Lestari Siapkan Capex Rp 49,5 Miliar

Renovasi hingga Buka Toko Baru, Supra Boga Lestari Siapkan Capex Rp 49,5 Miliar

Whats New
'Multiplier Effect' Gaji ke-13 PNS, TNI-Polri, dan Pensiunan

"Multiplier Effect" Gaji ke-13 PNS, TNI-Polri, dan Pensiunan

Whats New
Aturan Impor Direvisi, Dunia Usaha: Terima Kasih Pemerintah...

Aturan Impor Direvisi, Dunia Usaha: Terima Kasih Pemerintah...

Whats New
Malaysia Mulai Pangkas Subsidi Solar, Hemat Rp 12,7 Triliun Setahun

Malaysia Mulai Pangkas Subsidi Solar, Hemat Rp 12,7 Triliun Setahun

Whats New
63 Persen Gen Z Sebut Lebih Penting Bawa Smartphone Ketimbang Dompet, Berikut Alasannya

63 Persen Gen Z Sebut Lebih Penting Bawa Smartphone Ketimbang Dompet, Berikut Alasannya

BrandzView
Harga Bitcoin Intip Level Tertinggi Sepanjang Sejarah

Harga Bitcoin Intip Level Tertinggi Sepanjang Sejarah

Whats New
Emiten Ritel RANC Absen Bagi Dividen, Ini Sebabnya

Emiten Ritel RANC Absen Bagi Dividen, Ini Sebabnya

Whats New
Dukung Ekosistem Urban Terintegrasi, Bank Mandiri Perkuat Kemitraan dengan Lippo Group

Dukung Ekosistem Urban Terintegrasi, Bank Mandiri Perkuat Kemitraan dengan Lippo Group

Whats New
OJK: Proses Merger Bank MNC dan Nobu Masih Lanjut, Saat Ini Tahap 'Cross Ownership'

OJK: Proses Merger Bank MNC dan Nobu Masih Lanjut, Saat Ini Tahap "Cross Ownership"

Whats New
Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Whats New
Indonesia Mampu Menghasilkan Karet Lebih Besar daripada Amerika Serikat

Indonesia Mampu Menghasilkan Karet Lebih Besar daripada Amerika Serikat

Whats New
Citi Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 665,9 Miliar pada Kuartal I-2024

Citi Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 665,9 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Perkebunan Karet Besar di Indonesia Banyak Dijumpai di Mana?

Perkebunan Karet Besar di Indonesia Banyak Dijumpai di Mana?

Whats New
Hampir 10 Juta Gen Z Nganggur, Menyingkap Sisi Gelap Generasi Z

Hampir 10 Juta Gen Z Nganggur, Menyingkap Sisi Gelap Generasi Z

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com