Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Otopsi Selesai, Keluarga Mad Noor Enggan Bercerita

Kompas.com - 27/04/2012, 13:51 WIB

MATARAM, KOMPAS.com — Sanak keluarga Mad Noor enggan menceritakan kondisi jasad tenaga kerja Indonesia asal Lombok yang tewas ditembak di Negeri Sembilan, Malaysia, 22 Maret 2012 itu, sebelum diotopsi ulang di Lombok Timur, Jumat.
     
"Belum bisa diceritakan, saya takut salah, saya juga masih lemah," kata Nurmawi (45), kakak dari Mad Noor (28), seusai otopsi di lokasi pekuburan  umum Dasan Kubur, Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur.
    
Di lokasi Mad Noor (28) dikuburkan itu, jasadnya diotopsi untuk kepentingan penyidikan terkait dugaan pencurian organ tubuh TKI yang meninggal di Malaysia.
    
Mad adalah satu dari tiga TKI asal Lombok Timur yang ditembak mati di Negeri Sembilan, kemudian jenazahnya dipulangkan ke Indonesia dan dikuburkan di kampung halamannya, Desa Pengadangan, Lombok Timur.
     
Dua TKI lainnya yang juga tewas ditembak di Malaysia adalah Herman (34) dan Abdul Kadir Jaelani (25). Herman dan Jaelani merupakan paman dan keponakan yang berasal dari Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan, Pringgasela, Lombok Timur.
     
Jasad Herman dan Jaelani sudah diotopsi di lokasi pekuburan keluarga di Pancor Kopong, Kamis lalu.

Ikut melihat

Saat ketiga jasad TKI itu hendak diperiksa organ tubuh bagian dalamnya dengan cara dibedah, sanak keluarga diminta untuk melihat kondisi jasad tersebut. Mereka juga diminta melihat kondisi jenazah setelah otopsi atau menjelang dikubur kembali.  
     
Untuk jasad Mad, dua kakak laki-lakinya, Nurmawi dan Syahbudin, diizinkan melihat kondisi jasad sebelum dan sesudah otopsi. Keduanya melihat langsung kondisi jasad yang dipulangkan dari Malaysia sebelum disentuh tim otopsi ulang.
     
Sementara sanak keluarga yang lain, termasuk ayahnya, Amaq Abil, dan ibunya, Inaq Abil, hanya diizinkan melihat jasad TKI itu setelah proses otopsi ulang.
     
Namun, kedua kakak Mad enggan membeberkan hasil pengamatan visualnya terhadap jasad Mad, yang diisukan kehilangan organ tubuh tertentu itu.
     
Keduanya juga mengaku belum diberi tahu hasil otopsi ulang tersebut. Meski demikian, menurut Nurmawi, mereka akan diberi tahu hasil otopsi itu ketika bertamu ke Polda NTB beberapa hari ke depan.
     
"Nanti kami ke sana (Polda NTB), baru tahu hasilnya. Sekarang belum tahu," ujar Nurmawi kepada wartawan dan kerumunan warga.
     
Keluarga Herman

Sikap sanak keluarga Mad Noor berbeda dengan sikap sanak keluarga Herman dan Jaelani yang mengaku melihat bola mata Herman (34) telah hilang saat jasadnya hendak diotopsi ulang.
    
"Saya lihat bola matanya tidak ada lagi, kelopak matanya dijahit tertutup," kata ayah Herman, Maksum, seusai melihat kondisi jasad anaknya yang tewas di Malaysia itu sebelum diotopsi di pekuburan keluarga di Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan, Pringgasela, Lombok Timur, Kamis.
      
Maksum mengaku cukup yakin bola mata anaknya yang menjadi TKI di Malaysia dan dipulangkan dalam kondisi tak bernyawa itu sudah diambil sebelum dikafani dan dipulangkan ke Indonesia untuk dimakamkan.
     
Sementara itu, ayah Abdul Kadir Jaelani (28), Amaq Rupeni (50), juga melihat bola mata Herman sudah tidak ada.
    
"Matanya sudah tidak ada, jahitan menutup matanya," ujarnya kepada wartawan dan warga seusai memasuki tenda otopsi di pekuburan keluarga itu.     
     
Hanya saja, pengakuan ayah dan paman Herman itu belum dikonfirmasi aparat kepolisian atau tim otopsi.
     
Penjelasan resmi

Jajaran Polda NTB dan tim otopsi enggan menjelaskan hasil otopsi karena diperintahkan Polri untuk tidak mengumumkannya.
    
Hasil otopsi itu akan diumumkan Kementerian Luar Negeri setelah dilaporkan Polri berdasarkan laporan tim otopsi.
     
Otopsi ulang diperlukan untuk memperjelas penyebab kematian ketiga TKI asal NTB itu sekaligus menjawab kejanggalan di tubuh jenazah versi sanak keluarga para TKI tersebut.
    
Versi kepolisian Malaysia, ketiga jenazah TKI itu sudah diotopsi saat berada di Rumah Sakit Port Dickson, Malaysia, karena tewas akibat penembakan.
     
Namun, sanak keluarga ketiga TKI yang tewas itu menduga ada indikasi praktik jual-beli organ tubuh karena adanya jahitan pada kedua mata, dada, dan perut korban. Mata dan organ dalam jasad itu diduga telah diambil sehingga patut dilakukan otopsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com