Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persaingan Pupuk Ketat

Kompas.com - 25/05/2012, 05:16 WIB

Jakarta, Kompas - Persaingan industri pupuk semakin ketat dalam beberapa tahun ke depan. Meski begitu, PT Pupuk Indonesia yang menjadi induk lima perusahaan pupuk BUMN dan dua perusahaan BUMN konstruksi menargetkan keuntungan bersih dalam jangka menengah minimal Rp 10 triliun.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Holding Company) Arifin Tasrif di Jakarta, Kamis (24/5), mengatakan, persaingan industri pupuk urea ketat. Demikian pula dengan pupuk NPK atau pupuk majemuk yang mulai diminati pihak swasta.

Berkaitan dengan pasar ekspor pupuk urea, ujar Arifin, China mulai membangun industri urea berbasis batu bara dengan teknologi gasifikasi.

Amerika Serikat memanfaatkan teknologi sel gas yang jauh lebih murah harga bahan bakunya, hanya 2,8 dollar AS per juta metrik british termal unit (MMBTU).

Untuk pasar pupuk NPK, setidaknya saat ini ada sekitar tiga sampai empat pabrik dibangun swasta nasional dengan kapasitas sampai 1,5 juta ton per tahun. Mereka memasok pupuk komersial sektor perkebunan. ”Persaingan kian ketat,” ujar Arifin.

Ia menegaskan, industri pupuk BUMN baru menggarap 20 persen atau 300.000 ton untuk pasar pupuk komersial di perkebunan. Sebagian besar dikuasai swasta. Kebutuhan pupuk perkebunan sekitar 1,5 juta ton.

”Di PT Pupuk Indonesia, penjualan pupuk secara komersial memberikan kontribusi keuntungan sampai 70 persen dengan pasokan volume kebutuhan hanya 30 persen. Selebihnya pupuk bersubsidi,” ujarnya.

Kalau pasar pupuk komersial bisa ditingkatkan, setidaknya 50 persen akan memberikan keuntungan bagi perusahaan lebih besar lagi. Efisiensi juga bisa diraih untuk memperbesar keuntungan dengan membangun sinergi antarperusahaan anggota holding.

Belum lagi pengembangan industri kimia di PT Petrokimia Gresik untuk memenuhi kebutuhan industri atau rumah tangga dengan memproduksi plastik, ban, dan tekstil.

PT Pupuk Indonesia (Holding Company) merupakan induk perusahaan pupuk BUMN, yakni PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik (PKG), PT Pupuk Kujang (PKC), PT Pupuk Kaltim (PKT), serta PT Rekayasa Industri (Rekind) dan PT Mega Eltra (ME). Sejak Mei 2012, PT Pupuk Sriwidjaja berubah menjadi PT Pupuk Indonesia. Dari semula operating holding menjadi investment holding.

Perolehan laba bersih (konsolidasi) tahun 2011 sebesar Rp 4,34 triliun, atau naik 125 persen dibandingkan dengan laba bersih tahun 2010. Namun, dibandingkan laba bersih tahun 2009, ada peningkatan 106 persen. Peningkatan laba yang signifikan ini lebih karena tingginya margin penjualan.

Arifin mengatakan, pihaknya bermimpi menggenjot keuntungan bersih holding minimal Rp 10 triliun. Dengan keuntungan bersih minimal Rp 10 triliun, bisa leluasa melakukan ekspansi.

Profesor riset bidang agroklimatologi dan sumber daya lahan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Irsal Las, mengatakan, kontribusi pupuk dalam produksi pangan signifikan. Tanpa menggunakan pupuk, produktivitas tanaman padi hanya maksimal 6 ton gabah kering panen. Dengan pupuk, hal itu bisa lebih tinggi lagi. (MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com